Bisnis.com, JAKARTA --Bekas luka yang menonjol pada bagian tubuh dan dikenal sebagai keloid kerap membuat penderitanya menjadi kurang percaya diri.
Sementara berdasar fakta, kulit orang-orang Asia memiliki kecenderungan pembentukan bekas luka dan hyper-pigmentation, yang membuat bekas luka lebih sulit hilang bahkan bisa membekas secara permanen
Rahmad Kurniawan, seorang pekerja swasta di Kota Surakarta yang pernah mengalami kecelakaan tunggal saat mengendarai sepeda motornya sempat dihantui keloid tersebut.
Akibat kecelakaan itu, sekitar alis mata sebelah kirinya robek cukup dalam dan panjang, sehingga harus dijahit dobel oleh dokter.
"Waktu itu luka bagian dalam dijahit empat jahitan dengan benang khusus sebanyak 4 jahitan, dan bagian luar dijahit lagi hampir 20 jahitan," ujarnya kepada Bisnis belum lama ini.
Menurut Rahmad, banyaknya jahitan itu dikarenakan luka sobeknya cukup parah dan berantakan karena terkena serpihan kaca matanya yang pecah saat peristiwa kecelakaan.
Jahitannya cukup banyak, karena kata dokter biar bentuknya kembali bagus seperti semula dan tidak menimbulkan bekas luka yang tidak rapi.
"Waktu itu, apabila benang operasinya dilepas, saya sempat kuatir dapat terjadi keloid dan mengganggu penampilan saya," tuturnya.
Namun, untungnya setelah benang operasi dilepas, dan kondisi bekas lukanya sudah menutup semua, disarankan dokter untuk menggunakan semacam gel yang dioleskan pada bekas luka.
"Karena saya kuatir seperti om saya yang sehabis operasi usus buntu, bekas operasinya timbul keloid. Akan tetapi, syukurlah gel itu mampu membantu proses penyembuhan bekas luka jahitan saya, meskipun memakan waktu agak lama,” tuturnya.
Dokter Irena Sakura Rini, Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik di Rumah Sakit Kanker Dharmais mengatakan bahwa bekas luka operasi yang menimbulkan keloid di kulit dapat menurunkan rasa percaya diri, apalagi jika berada pada bagian-bagian tubuh yang terlihat, seperti wajah.
Sayangnya, berdasarkan penelitian, kebanyakan orang Asia termasuk Indonesia merupakan ras yang lebih sulit penyembuhan bekas lukanya apabila dibandingkan orang Barat atau Kaukasia.
"Kulit orang-orang Asia memiliki kecenderungan pembentukan bekas luka dan hyper-pigmentation. Inilah yang membuat bekas luka lebih sulit hilang, bahkan tanpa perawatan terhadap luka itu secara memadai, lukanya akan membekas permanen," ujarnya.
Menurut Irena, luka pada orang Kaukasia bisa sembuh dalam waktu hanya sekitar lima hari, akan tetapi bagi orang Asia biasanya baru sembuh setelah tiga minggu.
Hal ini dikarenakan pada kulit orang Asia, jumlah sel melaninnya lebih banyak di bandingkan orang Kaukasia. Bahkan untuk sebagian orang, bekas luka itu berpotensi menjadi keloid.
Irena menjelaskan melanin merupakan sel pada bagian dermis kulit yang berfungsi memberi warna pada kulit. Karena sel melanin lebih banyak, maka warna kulit cenderung berwarna lebih gelap dibandingkan orang Kaukasia.
Di samping manfaatnya yang melindungi kulit dari paparan sinar matahari, sel melanin juga berfungsi untuk menyembuhkan luka.
Namun jika jumlahnya terlalu banyak, sel-sel ini terlalu aktif bekerja, tarik menarik sehingga luka tidak bisa segera sembuh.
“Ketika terjadi luka, sel melanin dan kolagen pada dermis akan merespon untuk menutup luka tersebut. Namun apabila sel melanin bekerja terlalu aktif maka akan merangsang kolagen terbentuk semakin tebal yang akhirnya membuat keloid pada bekas luka itu,” paparnya.
Menurut Irena, pendekatan yang berbeda dapat diterapkan bergantung pada jenis bekas luka. "Untuk hypertrophic scars, perawatannya dapat dilakukan dengan operasi, pressure therapy, terapi berbasis silicon, corticosteroid injections, laser, dan radiotheraphy," ujarnya.
Sementara itu, katanya untuk jenis bekas luka keloid dapat dirawat dengan cara corticosteroid injections, cryotheraphy, radiotheraphy dan operasi.
"Pada beberapa pasien, terapi menggunakan gel silikon direkomendasikan sebagai perawatan pertama, baik untuk hypertrophic maupun keloid. Tetapi, untuk mempercepat penyembuhan luka dapat dibantu dengan banyak mengkonsumsi vitamin C guna menekan melanin agar tidak terlalu aktif,” ujarnya.