Bisnis.com, JAKARTA - Beberapa teman saya menceritakan bagaimana mereka tetap bertahan dengan pasangannya meski sebenarnya cinta mulai luntur. Ini gara-gara tingkah laku negatif seperti berselingkuh berulang kali dan melakukan kekerasan yang kerap terjadi pada pasangannya.
Secara logika, hubungan yang tidak sehat tersebut bisa saja ditinggalkan atau diselesaikan. Sayangnya, justru hubungan yang tidak sehat karena mengabaikan kesalahan fatal, malah dipertahankan.
Psikolog sekaligus Kepala Psikologi Riset dan Terapan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung Efnie Indrianie mengatakan hal tersebut juga terkait dengan mekanisme pertahanan alami yang dimiliki manusia. Ketika merasa terancam, manusia secara tidak sadar akan mengeluarkan mekanisme pertahanannya.
Salah satu akibatnya adalah memutar sudut pandang 180 derajat sehingga menganggap hal-hal yang mengancam jiwanya, bisa dilalui dengan baik “Mekanisme ini adalah dasar-dasar perlindungan manusia secara alami yang menimbulkan reaksi berkebalikan.”
Efnie mengatakan hubungan yang berlandaskan rasa benci tetapi menjadi cinta, nyata terjadi karena dipengaruhi oleh mekanisme proteksi diri tersebut. Dia mencontohkan hal itu terjadi dalam pernikahan, seperti pernikahan pada laki-laki atau perempuan yang dibenci, pernikahan karena keterpaksaan, atau pernikahan karena politik.
Namun, kasus yang lebih ekstrem adalah ketika mengetahui bahwa orang yang dibenci dan melakukan kekerasan justru dibela karena cinta. Oleh karena itu, saran Efnie, fungsi otak bisa dimaksimalkan untuk mengubah keadaan.
Harus ada kesadaran dan keberanian melepas ikatan tersebut dari orang tersebut. Lalu, bagaimana bila belum lepas dari memori masa lalu dari hubungan buruk tersebut? Pemetaan ulang memori bisa menjadi alternatif solusi.
“Memori memang tidak bisa hilang begitu saja, tetapi dengan terapi ini setidaknya membantu menemukan alternatif ‘susunan jalan yang lain’,” kata Efnie.
Salah satu contoh ekstrem tentang hubungan benci dan cenderung takut karena terancam jiwanya, tetapi mendadak berubah menjadi rasa sayang adalah kejadian di Stockholm, Swedia pada 1973.
Saat itu, terdapat kasus penyanderaan oleh perampok pada beberapa pegawai bank. Anehnya, setelah dibebaskan, para korban tidak menuntut perampok. Bahkan para sandera menyatakan polisilah yang menjadi ‘orang jahat’ pada kejadian itu. Hal ini kemudian disebut dengan Stockholm Syndrome.