Bisnis.com, JAKARTA - Bulan lalu, satu perusahaan asuransi menggelar edukasi bertema literasi keuangan untuk anak-anak sekolah dasar di Sukabumi, Jawa Barat. Yang menjadikan acara tersebut istimewa adalah media edukasi yang dipilih, yakni dongeng.
Dongeng memang telah melekat pada budaya masyarakat Indonesia. Dongeng legenda Nusantara, seperti Malin Kundang, Bawang Merah Bawang Putih, Sang Kancil yang Cerdik, dan lain sebagainya kerap dituturkan orang tua kepada anaknya ketika masih kecil.
Bagaimana jika dongeng yang biasanya disampaikan saat bermain atau menjelang tidur itu diisi dengan muatan pesan edukasi keuangan?
Budi Rahardjo, perencana keuangan One Consulting, menilai metode kreatif melalui dongeng sangat bagus untuk menularkan konsep-konsep dasar pengelolaan keuangan pada anak usia SD.
Tak seperti seminar atau talkshow , topik keuangan yang disisipkan dalam dongeng untuk anak-anak tidaklah njelimet. Topik itu pun dikemas dengan bahasa yang sederhana, mudah dipahami anak, dan memiliki alur cerita yang menarik.
“Yang terpenting, anak-anak menerima pesan soal fungsi dan nilai uang. Namun, jangan hanya soal konsumsi, anak juga harus diajarkan bagaimana cara mendapatkan uang. Kalau tidak diajarkan sejak dini, bisa jadi orang tua dianggap seperti mesin ATM,” katanya.
Dongeng juga bisa disisipi pesan tentang budaya menabung. Beragam cara menabung bisa dituturkan, misalnya dengan menggunakan celengan, mengikuti program menabung di sekolah, menyisihkan sebagian uang jajan untuk disimpan oleh orang tua, maupun dengan membuka rekening tabungan di bank.
Produk tabungan, seperti tabungan jangka pendek 4—5 bulan, jangka menengah, jangka panjang, dan tabungan amal juga mulai bisa disosialisasikan kepada anak-anak. Internalisasi budaya menabung sebagai instrumen untuk mengumpulkan uang berpotensi membuat anak melek pentingnya perencanaan keuangan di saat dewasa.
Terkait dengan edukasi produk keuangan, seperti asuransi dan investasi, lebih cocok jika dituturkan saat anak sudah memasuki usia sekolah menengah atas dan perguruan tinggi. “Bisa juga diungkapkan melalui dongeng cara mengembangkan uang dengan investasi dan cara memproteksi diri dengan asuransi. Namun, dengan bahasa yang sangat sederhana,” katanya.
Metode dongeng tak hanya bisa digunakan oleh perbankan, lembaga keuangan, atau organisasi sipil yang peduli terhadap literasi keuangan. Orang tua pun diharapkan mampu menerapkan metode serupa di dalam rumah.
“Orang tua adalah sosok terdekat bagi anak. Lewat dongeng, orang tua tidak hanya menyampaikan teori, tetapi juga menanamkan nilai-nilai bahwa banyak manfaat dari pengelolaan keuangan,” lanjutnya.
Untuk memberikan edukasi soal asuransi, misalnya, orang tua dapat menceritakan soal pentingnya proteksi dalam keluarga serta disisipi cerita soal produk yang dibeli untuk pendidikan anak dan memproteksi kesehatan anak.