Bisnis.com, JAKARTA - Kasus dugaan pelecehan seksual yang terjadi di Jakarta International School (JIS) tak hanya berdampak psikologis pada korban, melainkan juga pada keluarga para pelaku. Salah satunya,
Sisca, istri Ferdinant Tjiong, guru yang dituduh melakukan tindakan asusila dalam kasus yang muncul sejak April. Dia mengungkapkan sejak masalah di sekolah tersebut menjadi perhatian publik, kehi dupan keluarganya terus tertekan dan ikut dipersalahkan. Dirinya mendapatkan pemberitaan negatif dari media.
Hal tersebut memberikan tekanan mental yang luar biasa kepada keluarga, terutama anak-anaknya. Anak-anak Sisca menjadi ketakutan saat mau keluar rumah untuk bergaul dengan teman-temannya. Dalam acara yang digelar pada awal September, Sisca pun berharap masalah tersebut dapat segera selesai. Sehingga, anak-anak dan keluarganya bisa menjalani kehidupan normal seperti keluarga yang lain.
Praktisi hukum Kartini Muljadi mengatakan apa yang terjadi dengan anak-anak keluarga Ferdinant sebenarnya juga banyak dialami oleh siswa-siswa lainnya. Mereka harus menanggung beban psikologis akibat sekolah dan lingkungannya dipersepsikan negatif oleh masyarakat dan publik melalui pemberitaan media.
Dia mengatakan mudahnya mengakses informasi membuat anak-anak dapat menjangkau setiap informasi yang muncul di media dan menelan bulat-bulat tanpa kontrol dari orang tua. Kondisi tersebut, papar Kartini, akan sangat memengaruhi mental anak.
“Para siswa dan guru-guru di JIS yang tidak terlibat dengan masalah ini seharusnya juga mendapat perlindungan yang sama. Tapi dengan opini yang dibangun melalui media, posisi mereka semakin tertekan karena merasa ikut dipersalahkan,” katanya dalam acara tersebut.
Terkait dengan hal tersebut, psikolog anak dan keluarga Mira D. Amir mengatakan bahwa kasus ini harus dituntaskan dengan baik untuk menghindari tekanan secara terus-menerus terhadap guru, siswa, dan orang tua.
KOMUNIKASI TERBUKA
Menurut Mira, orang tua memiliki hak dan kewajiban untuk melindungi anaknya saat menyekolahkan mereka di mana saja. Jika masalah yang ada di sekolah internasional itu tidak kunjung selesai, paparnya, maka orang tua bisa menentukan untuk memindahkan anaknya ke sekolah yang lebih aman.
“Kita pun sebagai masyarakat yang berada di luar lingkungan harus merasa empati. Hukum yang belum tuntas ini jangan sampai lebih luas lagi karena akan menambah rasa was-was bagi orang tua siswa,” jelas Mira.
Dalam kasus ini, pihak sekolah pun harus bersikap terbuka dan menjalin komunikasi intens dengan seluruh pihak terkait. Mira mengungkapkan hubungan interpersonal yang dijalin akan memberikan pemahaman dan informasi tentang kasus tersebut. Tujuannya, agar guru dan orang tua serta murid tidak melulu merasa waswas dalam menjalani kesehariannya di sekolah maupun di lingkungan luar sekolah.
Selain itu, Mira menyarankan agar dibentuk suatu grup yang dapat mendukung para orang tua murid dan guru yang sama-sama berjuang menghadapi persepsi orang luar. “Sehingga dengan berbagi satu sama lain, dapat meringankan beban yang ada,” katanya