Tak Sampai Puncak (3)
Kami sempat bertemu seorang petani di sini dan bertanya seberapa jauh Cikasur dari Mata Air Dua. “Dua jam,” katanya.
Lalu saya perhatikan cara ia berjalan. Dia tidak berjalan, tetapi berlari. Prediksi saya, kami masih butuh empat jam untuk sampai ke Cikasur. Hari mulai gelap dan gerimis, kami melanjutkan perjalanan dengan jas hujan dan senter. Tebalnya kabut membuat jarak pandang sangat pendek.
Sampai pukul 20.00, hujan belum berhenti dan kami belum sampai di Cikasur. Melihat kondisi saya yang melemah, Rezza menawarkan untuk mendirikan tenda, istirahat, dan melanjutkan perjalanan keesokan paginya.
Kami mulai berjalan pukul 10 pagi dan baru tiba di Cikasur jam 14.00. Kecepatan berjalan saya yang tidak cepat semakin melambat.
Di Cikasur kami sempat bertemu tiga orang pendaki yang memutuskan berbalik arah ke Baderan karena gagal mencapai Cisentor, tujuan kami setelah Cikasur.
Pukul 22.00, kami tiba di Cisentor. Tidak ada pendaki yang sedang bermalam di sana. Hanya ada kami. Perjalanan ke puncak pun kami batalkan mengingat tiket pulang ke Jakarta yang sudah dibeli dan jadwal cuti yang hanya empat hari.