Model membawakan busana karya perancang D'leila dalam Jakarta Fashion Week 2016./Antara
Fashion

JAKARTA FASHION WEEK 2016: Catatan Jejak Mode Pecinta Fesyen

Wike Dita Herlinda
Sabtu, 31 Oktober 2015 - 11:54
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA- Indonesia punya mimpi gemilang untuk menjadi fashion hub dunia pada 2025.

Bukan angan-angan yang terlalu muluk, sebenarnya, jika melihat bagaimana para penggiat fesyen di Tanah Air semakin getol dan bersemangat untuk mengeksplorasi ide kreatifnya.

Namun, untuk menjadi kiblat fesyen dunia, inovasi dari para desainer saja tidak cukup. Dibutuhkan karakter konsumen yangf ashionableuntuk bisa meraihnya. Sebagaimana dikatakan legenda fesyen dunia Coco Chanel, I dont do fashion, I am fashion.

Chanel pernah menegaskan fesyen bukan sekadar sesuatu yang tersemat pada busana semata. Fashion berada di langit, di jalan, di dalam kerangka berpikir atau ide, di dalam gaya hidup, dan di dalam apapun yang terjadi pada kehidupan kita.

Sepekan terakhir, Jakarta Fashion Week 2016 baru saja ditutup bungkus. Sepanjang 24-30 Oktober, belantika fesyen nasional disibukkan oleh pergelaran prestisius yang menjadi ajang berkumpulnya manusia-manusia kreatif di bidang gaya hidup dan penampilan.

Bagi Anda yang sempat mampir ke  Atrium Senayan City, pastinya banyak menjumpai sosok-sosok dengan penampilan moncer. Mulai dari kalangan jetset, sosialita, remaja, hingga para penggemar fesyen pada umumnya berkerumun menjadi satu.

Anda disuguhi pemandangan orang-orang yang mengenakan busana sangat modis, elegan,edgy, atau bahkan eksentrik. Gaya rambut kekinian, warna-warni menyala, padu padan motif, dan aksesoricatchyadalah pemandangan lumrah di sekitarvenueJFW 2016.

Jika ditelaah, sebenarnya itu adalah indikasi betapa banyaknya jiwa-jiwa fashionabledi Ibu Kota. Hasrat untuk tampil memikat bersumber dari dalam diri, dan dijewantahkan melalui cara berpenampilan. Karakter seseorang bisa tercermin dari apa yang dikenakannya.

Masyarakat urban dengan gaya hidup modern semakin ingin diakui eksistensinya. Salah satu caranya adalah melalui penampilan. Bukan sekadar persoalan estetika, gaya sandang dapat menjadi perlambang prestise dan status sosial seseorang.

Memahami kebutuhan tersebut, para perancang mode lokal pun memutar otak untuk memenuhi keinginan pasar. Mereka tentunya ingin agar konsumen Indonesia yang semakin melek mode itu tidak direbut sepenuhnya oleh pemain asing.

Kompetisi ide kreatif di bidang fesyen pun menjadi semakin seru. Hasilnya tidak disangka-sangka! Desainer-desainer domestik ternyata mampu menghasilkan tren fesyen yang sangatepic, dan tidak kalah memukau dari perancang dan label-label asing.

JFW 2016 adalah pembuktiannya. Sejak hari pertama hingga penutupan, lintasan runway di tenda fesyen fenomenal itu dihiasi oleh karya-karya spektakuler anak bangsa secara bertubi-tubi. Kreasi mereka lebih dari layak untuk disandingkan dengan karya desainer kelas dunia.

Sebagian besar perancang lokal mengangkat kain Nusantara yang berkelindan dalam potongan desain modern sebagai acuan tren untuk musim semi/panas 2016. Tema-tema alam khatulistiwa dengan sentuhan palet warna hangat mendominasi tren mode ke depan.

Hal lain yang menjadihighlightadalah banyaknya karya-karya menawan untuk koleksimodest wearatau pakaian tertutup. Saat ini sebutannya bukan lagi busana muslimah, karena memang peminat sandang bergaya syariah sudah merambah ke kalangan umum.

CatwalkJFW 2016 merefleksikan betapa banyaknya perancang lokal yang sanggup menyulap busana tertutup menjadifashion itemyang red carpet ready dan disukai semua jenjang penikmat mode, serta terkesan mewah, indah, glamor, danextravagant.

Kebetulan, Indonesia memang membidik peluang menjadi pusat mode dunia untuk pakaian tertutup pada 2020. Jika mengacu pada trenmodest wearyang dipamerkan di pekan fesyen Jakarta tersebut, rasanya tidak akan sulit bagi bangsa ini untuk menggapai mimpi itu.

Sejak diresmikan, JFW 2016 selalu diisi oleh parade busana dari perancang berbakat domestik maupun asing. Dari jagat mancanegara, setidaknya ada desainer Australia, Inggris, Jepang, Thailand, Korea, dan Uni Emirat Arab berpartisipasi dalam ajang ini.

Dari dalam negeri, terdapat karya-karya spektakuler dari deainer papan atas hingga perancang yang baru meroket kiprahnya. Beberapa desainer selebriti pun tak mau kalah unjuk kepiawaian dalam menciptakan karya-karya inovatif.

Sebut saja di antaranya Zaskia dan Shireen Sungkar, Zaskia Adya Mecca, Ivan Gunawan, Dena Rachman, Tities Sapoetra, Luna Maya, Rangga Moela, Tarra Boediman, dan Chintami Atmanegara. Ada juga OBin, Lulu Lutfi Labibi, Dian Pelangi, hingga Yenty Tan.

Busana-busana ringan siap pakai hingga gaun malam dramatis semua menghiasi lintasanrunwayJFW 2016. Mulai dari keluaran Matahari Department Store, hinggashowbertabur bintanga laperancang kenamaan sekelas Anne Avantie, Tex Saverio, dan Itang Yunasz.

Demikian pula, sandang ramah lingkungan dari bahan organik karya Merdi Sihombing, Restu Anggraini, dan Friedrich Herman tidak kalah menyemarakkan panggung JFW. Label-label potensial yang diusung Dekranasda DKI dan Kementerian Perindustrian juga turut unjuk gigi.

KEBANGGAAN TERSENDIRI

Bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, pergelaran JFW 2016 merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. Gubernur Basuki Tjahaja Purnama mengapresiasinya sebagai sebentuk dedikasi dan konsistensi yang luar biasa terhadap dunia fesyen nasional.

Dia mengaku sudah sejak 2012 menginginkan agar pemerintah daerah mau terlibat lebih aktif dalam perhelatan itu. Harapannya, kelak lebih banyak lagi desainer lokal yang bisa dikaryakan untuk memajukan industri fesyen Tanah Air.

Saya ingin menciptakanco-working placedi pusat Kota Jakarta untuk memberi wadah bagi para desainer muda. Pasti banyak desainer muda yang ingin berkarya tapi tidak mampu membeli mesin dan alat canggih yang mendukung, ucapnya.

Untuk itu, dia berencana membuat semacam inkubator dan tempat promosi bagi karya-karya desainer lokal yang namanya belum mengorbit, tapi berpotensi untuk dikembangkan. Saya harap tahun depan rencana ini bisa terwujud dan bisa meningkatkan perekonomian.

Industri fesyen sendiri telah menyumbang banyak devisa kepada perekonomian negara. Fesyen merupakan lini industri nomor satu dan terkuat dalam jajaran sektor ekonomi kreatif di Tanah Air.

Kementerian Perdagangan melaporkan pada 2014 nilai ekspor produkfesyenRI mencapai US$13,93 miliar. Dari nilai itu, ekspor pakaian jadi menyumbang pangsa terbesar yaitu 55,15% atau setara US$7,68 miliar.

Selanjutnya, ekspor alas kaki mencapai US$4,1 miliar, dan perhiasan US$2,13 miliar. Dilihat dari trennya, ekspor produk fesyenselama 2010-2014 mengalami pertumbuhan positif 8,27% per tahun.

Jadi, tidak salah rasanya jika industri fesyen digadang-gadang menjadi salah satu sektor yang bisa berperan sebagai tulang punggung. Namun, untuk membangun sebuah mimpi menjadifashion hub, dibutuhkan proses berkelanjutan yang digarap serius.

Ketua Umum JFW 2016 Svida Alisjahbana mengungkapkan semua pemangku kepentingan pastinya menginginkan dunia fesyen Indonesia bsia terus maju, menciptakan inovasi, dan mengembangkan kreativitas.

Di sinilah peran JFW sebagai moderator danplatformbagi seluruh pihak yang berkepentingan, baik desainer, pengusaha, badan pemerintah, industri kecantikan, peritel, sekolah fesyen, dan tentu saja para pecinta fesyen, tuturnya.

Jadi, jika konsistensi tersebut terus dijaga, akan terbentuk habitat yang sehat dan kondusif bagi ide-ide para desainer untuk mencetakmasterpiecedan membantu menjadikan bangsa ini lebihfashionable.

Yah, siapa tahu dengan demikian, limabelas tahun ke depan geliat fesyen Jakarta sudah layak disetarakan dengan Milan, Paris, London, atau New York. Tidak ada yang tidak mungkin, bukan?

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro