ilustrasi/
Health

SINGLE PARENT: Tips Mengenalkan Pasangan Baru ke Anak

Wike Dita Herlinda
Sabtu, 31 Oktober 2015 - 12:01
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA- Kita memahami bahwa tidak semua keluarga utuh. Ada banyak keluarga yang  orang tuanya terpaksa berpisah, mungkin akibat perceraian atau karena pasangannya meninggal dunia.

Banyak dari orang tua tunggal yang memutuskan untuk terus membesarkan anaknya seorang diri tanpa pasangan, tapi tidak sedikit yang pada akhirnya memutuskan untuk memiliki pendamping baru.

Akan tetapi, terkadang mengenalkan bakal pasangan baru kepada anak menjadi problema tersendiri. Ada beberapa faktor yang bisa membuat proses pengenalan itu tidak mudah. Apalagi, jika anak yang bersangkutan mulai beranjak remaja.

Lantas, bagaimana cara menyikapinya? Bagaimana metode yang baik untuk mengenalkan dan menjembatani hubungan antara pasangan baru dan anak? Bagaimana pula memilih pasangan yang tepat untuk sebuah hubungan serius bagi seorang orang tua tunggal?

Psikolog anak dan keluarga dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPT UI) Mira D. Amir menyarankan sebaiknya orang tua memberikan waktu sampai hubungan itu berjalan minimal tiga bulan sebelum mengenalkan pasangan barunya kepada anak.

Biasanya hubungan yang masih terlalu prematur belum cukup stabil, sehingga memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk kandas di tengah jalan. Pastikan hubungan dengan pasangan baru benar-benar serius sebelum memutuskan untuk mengenalkan ke anak.

Dalam proses pengenalannya sendiri, orang tua harus memahami kondisi buah hatinya, apakah si anak masih berduka atas kehilangan orang tua kandungnya atau belum bisa menerima kehadiran orang baru dalam keluarganya.

Jadi proses pengenalan ini harus dilakukan secara perlahan. Orang tua tidak bisa begitu saja mengedepankan euforia kesenangan mereka terhadap pasangan baru, karena belum tentu selaras dengan keinginan anak, kata Mira.

Dalam banyak kasus, anak kerap menjadi tolok ukur sukses tidaknya sebuah hubungan baru dari orang tua tunggal. Banyak ortu tunggal yang lebih memilih untuk mengakhiri hubungan jika tidak disetujui oleh anaknya.

Namun, bila orang tua yang bersangkutan sudah terlanjur merasa cocok dengan pasangan barunya, Mira menyarankan untuk mengupayakan pendekatan lebih lanjut dengan sang anak. Kalau bisa lakukan perlahan, jangan frontal, katanya.

Pendekatan yang dilakukan kepada setiap anak pun berbeda-beda. Ada beberapa anak yang lebih terbuka dengan hubungan asmara orang tua tunggalnya. Namun, ada juga yang tidak bisa atau menolak kehadiran sosok baru yang menggantikan posisi orang tua kandungnya.

Kalau sudah demikian, orang tua tidak bisa memaksakan bahwa pasangannya harus menjadi orang tua baru bagi si anak. Jelaskan bahwa pasangannya itu hanya akan menjadi suami/istrinya, bukan pengganti posisi orang tua bagi anaknya, jelas Mira.

Dalam hubungan yang baru tersebut, sebaiknya orang tua juga membuat beberapa kesepakatan dengan anak maupun dengan kekasihnya yang baru.

Pertama, jangan paksa anak untuk memberi panggilan yang sama seperti kepada orang tua kandungnya yang dulu.

Beberapa anak akan merasa tertekan atau kesulitan untuk bisa memberikan panggilan sayang untuk orang tua kandungnya kepada orang lain. Oleh karena itu, biarkan dia memiliki panggilan yang dipilihnya sendiri, seperti om atau tante atau panggilan lain yang berbeda.

Kedua, jangan memaksa anak untuk menerima pasangan yang baru. Jelaskan bahwa jika pasangan baru itu akan menjadi suami/istri, bukan berarti mereka akan menjadi ayah/ibu bagi si anak. Sebab, anak harus mempersiapkan diri untuk bisa menerima hal tersebut.

Ketiga, biarkan anak-anak untuk memiliki haknya, jika memang mereka belum bisa menerima pasangan baru tersebut. Tidak perlu memaksakan diri untuk membuat sebuah keluarga baru yang utuh kembali.

Mira mengatakan, pada banyak kasus, sering terjadi di mana orang tua yang menikah dengan pasangan baru justru memilih untuk hidup terpisah dengan anak dari hasil pernikahannya yang dulu.

Keempat, jangan ubah kebiasaan lama karena adanya orang baru. Seringkali, anak merasa ditinggalkan ketika orang tua tunggalnya memiliki kekasih baru. Oleh karena itu, pastikan tidak mengubah tradisi atau mengurangi perhatian yang biasa diberikan kepada anak.

Kelima,pastikan hubungan dengan pasangan baru benar-benar serius. Sebab, jika ternyata si anak bisa menerima kehadiran orang baru itu, dan hubungan yang digadang-gadang kandas, anak yang bersangkutan bisa mengalami kekecewaan mendalam.

Bisa saja anak belum stabil atau pulih dari kesedihan ditinggal ortu kandungnya. Mereka akan merasakan pukulan kedua jika ternyata harus kehilangan lagi sosok baru yang diharapkan bisa menggantikan posisi orang tua kandungnya.

Bagi orang tua tunggal sendiri, sebelum memutuskan untuk memulai hubungan baru, pastikan calon pasangan memiliki karakter dewasa, untuk menganulir risiko terjadinya kekerasan terhadap anak.

Yang harus diingat, kehadiran pasangan baru dalam hidup orang tua tunggal bukan berarti menggantikan peran orang tua yang lama bagi si anak. Kita tetap harus menghargai hak anak, karena bagi mereka tentunya berat untuk menggantikan posisi orang tua kandung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro