Bisnis.com, JAKARTA - Setiap bayi membutuhkan asupan Air Susu Ibu (ASI) yang cukup sebagai sumber nutrisi yang terbaik. Dengan begitu, bayi akan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Namun, bayi berkebutuhan khusus akan mengalami kendala selama mengisap ASI. Seorang ibu harus tetap berjuang untuk sang bayi agar mendapatkan nutrisi yang cukup lewat ASI.
Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menganjurkan agar para ibu memberikan ASI hingga bayi berusia 2 tahun, dan selama 6 bulan pertama adalah masa pemberian ASI ekslusif.
Jika melihat hal itu, ibu yang memiliki bayi berkebutuhan khusus harus memastikan agar bayinya dapat menerima asupan ASI dengan lancar selama kurun waktu tersebut.
Menurut Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Luh Karunia Wahyuni, para ibu harus berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan cara apa yang harus diterapkan kepada bayi berkebutuhan khusus.
Dokter harus melakukan diagnosis terlebih dahulu untuk mengetahui masalah apa yang dihadapi bayi saat proses pemberian ASI oleh ibu.“Jadi cara apa yang harus dilakukan agar dapat mengisap ASI dengan baik itu tergantung pada apa masalah yang dihadapi bayi,” katanya.
Luh mengatakan salah satu solusi yang dapat membantu ibu adalah dengan menggunakan alat bantu menyusui yang dirancang khusus untuk bayi prematur dan bayi dengan bibir sumbing dan atau langit-langit sumbing.
Menurutnya, bayi berkebutuhan khusus seperti bayi lahir prematur dengan berat badan rendah dan bayi dengan kondisi bibir sumbing dan atau langit-langit bercelah harus tetap mendapatkan asupan ASI yang cukup untuk mencegah terjadinya gizi buruk.
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Bayi prematur memiliki lemak tubuh yang kurang, paru-paru belum matang, sistem persarafan dan sensorimotor yang belum berkembang secara optimal.
Bayi prematur akan mengalami kesulitan minum karena faktor sistem kardiovaskular, pernapasan, serta susunan saraf pusat dan otot-otot oromotor-gerak mulut-yang belum berkembang. Bayi akan mengalami gangguan koordinasi proses mengisap-menelan-bernapas selama pemberian ASI.
Bayi dengan kondisi bibir sumbing mengalami kelainan berupa celah pada bagian bibir yang normalnya tertutup. Itu dapat terjadi akibat gagalnya proses penyatuan bibir pada masa perkembangan janin. Sedangkan bayi dengan langit-langit mulut sumbing memiliki celah di antara rongga mulut dan rongga hidung.
Masalah yang akan dihadapi bayi dengan bibir dan atau langit-langit mulut sumbing saat pemberian ASI yaitu daya isap yang kurang, perlu waktu lama, keluarnya cairan dari hidung, batuk dan tersedak.
“Ibu mungkin saja bisa berhasil menyusui secara langsung bayi dengan kondisi bibir sumbing dan atau langit-langit bercelah,” kata General Manager Chief Investigator Research & Development Div. Breastfeeding Laboratory-Pigeon Corporation Japan Satoru Saitou.
Namun, beberapa bayi dengan kondisi tersebut mengalami kesulitan ketika menempelkan bibirnya pada puting payudara ibu. Itu terjadi karena bentuk mulut bayi dengan kondisi bibir sumbing dan atau langit bercelah tidak dapat menciptakan tekanan negatif yang dibutuhkan dalam proses menghisap.
Hasil riset mengenai gerakan peristaltik lidah dan menelan pada bayi dengan kondisi bibir sumbing dan atau langit-langit bercelah menunjukan adanya kemungkinan bayi dengan kondisi tersebut dapat berhasil menyusu ASI. Penggunaan botol dan dot khusus untuk bayi dengan kondisi tersebut dapat membantu menyusu ASI dengan baik.
Bayi prematur dengan berat badan rendah mempunyai karakter tidak mampu untuk mengisap secara efektif yang disebabkan karena lemahnya kekuatan mengisap. Bayi tersebut juga sulit mengisap dengan irama yang benar dan tidak dapat melakukan aktivitas menelan dengan baik sehingga bayi prematur berisiko tersedak dan terjadi aspirasi.
Penelitian menunjukkan bahwa untuk mempermudah bayi prematur dengan berat badan rendah dapat mengisap ASI dengan lancar, bernapas hingga menelan dengan ideal adalah dengan menggunakan dot yang aliran susunya lebih lambat.