Bisnis.com, JAKARTA - Rendang merupakan salah satu hidangan asli masyarakat Padang, Sumatra Barat. Kuliner Minang ini menjadi kian populer setelah dinobatkan sebagai salah satu makanan terenak di dunia berdasarkan survei CNN pada 2011.
Hidangan daging berbumbu pedas ini kembali populer setelah tampil dalam Indonesian Culinary Festival di Hotel InterContinental Madrid, Spanyol, akhir Januari lalu.
Executive Chef Marco Padang Peranakan Chef Marco Lim menyajikan menu main course, seperti, Soto Padang, Ayam Lado Ijo, Gule Kambing, dan Randang Itam Kayu Bakar. Demi menjaga cita rasa yang otentik dari sejumlah sajian khas Padang peranakan ini, Chef Marco harus memboyong 125 kg rempah-rempah dari Indonesia.
Berupaya penuh menyajikan kuliner dengan cita rasa yang otentik dari daerah asalnya, tetap saja ada yang membuat Chef Marco kecewa. Rupanya proses pemasakan yang masih menggunakan kayu bakar dan tungku tidak dapat diterapkan di Madrid.
Cita rasa kaya rempah menjadi identitas kuliner Indonesia. Kekayaan rempah terlihat pada sajian Gule Kambing yang disajikan untuk perwakilan asosiasi gastronomi dari beberapa negara.
Chef Marco menggunakan 27 macam rempah untuk hidangan yang disajikan dengan irisan kentang goreng ini. Selain itu, hidangan Randang Itam Kayu Bakar dimasak selama 8 jam dengan teknik tradisional menggunakan tungku dan kayu bakar.
Hidangan rendang racikan Marco Padang Peranakan tercipta setelah melalui riset delapan bulan ke 10 kota di Sumatra Barat.
“Tantangan terbesar adalah menyesuaikan dengan lidah orang di Madrid, tetapi tetap mempertahankan cita rasa yang otentik. Saya harus menurunkan kadar pedas pada Ayam Lado Ijo, karena orang sana tidak terlalu suka rasa pedas,” ungkapnya saat acara Spesial Media Gathering Marco Goes To Madrid, Jumat (5/2).
LOKOMOTIF KULINER INDONESIA
Ketua Akademi Gastronomi Indonesia (AGI) Vita Datau Messakh menuturkan, terpilihnya hidangan racikan Marco Padang Peranakan untuk diboyong ke Madrid, Spanyol, karena Chef Marco melestarikan masakan leluhur dengan kemasan yang berbeda.
Vita melihat rendang berpotensi sebagai lokomotif kuliner Indonesia. Jika Korea dikenal dengan Kimchi dan Thailand dengan Tom Yam, maka Indonesia harus dikenal dengan salah satu kulinernya yakni rendang.
Kepopuleran rendang di mata dunia akan menjadi gerbong untuk mendorong kepopuleran kuliner Indonesia lainnya. Vita menyebut Indonesia memiliki lebih dari 5.000 jenis kuliner lokal, selain nasi goreng atau sate yang sudah lebih dikenal.
Menurutnya, agar sebuah hidangan dapat menjadi lokomotif kuliner perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama, otentik dan memiliki branding yang kuat. Bisa dikatakan hidangan rendang merupakan racikan otentik masyarakat Minang.
Setelah dinobatkan sebagai salah satu hidangan terlezat dunia, rendang kian populer di Tanah Air dan dunia. “Secara branding , rendang sudah terbangun. Sehingga dari segi marketing juga sudah kuat,” tutur Vita.
Kedua, bumbu hidangan tersebut juga mudah untuk dicari. Alasannya, karena sebagai lokomotif kuliner Indonesia maka hidangan tersebut akan mendunia. Dengan demikian, perlu dicari subtitusi bumbu yang mudah dicari di setiap negara, tetapi tidak mengurangi rasa yang otentik dari hidangan tersebut. ()