Nah, dengan membiasakan anak berhemat sejak dini ketiga masalah keuangan yang melanda banyak orang di Indonesia ini tentunya bisa dikurangi. /Bisnis.com
Health

Tip Membiasakan Anak Berperilaku Hemat

Rezza Aji Pratama
Sabtu, 13 Februari 2016 - 20:50
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Mengajarkan perilaku berhemat kepada anak memang bukan perkara mudah. Jangankan berharap buah hati mau menahan keinginannya untuk membeli sesuatu, mengajarkan soal arti nilai uang saja terkadang menjadi persoalan bagi banyak orangtua.

Padahal, membiasakan anak berperilaku hemat ini akan membantunya di masa depan. Kebanyakan orangtua justru langsung luluh ketika anak-anak menginginkan sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan.

Dalam membelikan mainan, misalnya. Kendati koleksi mainan di lemari sudah menumpuk, tak jarang anak-anak menginginkan mainan baru yang dilihatnya. Dan, tak jarang juga orangtua menuruti keinginan anaknya.

Menurut perencana keuangan dari ZAP Finance Prita Ghozie, hal pertama yang harus dilakukan para orangtua untuk mengajarkan perilaku hemat kepada anak adalah dengan mengajarkan anak-anak soal nilai uang. Pasalnya, banyak anak yang belum bisa membedakan nilai dari masing-masing uang yang beredar.

“Anak-anak masih belum mengerti mana barang yang mahal atau mana yang murah,” katanya. Guna mengenalkan nilai uang, orangtua bisa menggunakan perbandingan dengan barang yang biasa dibeli anak.

Prita menceritakan biasanya dia menggunakan harga satu hamburger untuk memberi pemahaman kepada anaknya. Jika harga hamburger Rp10.000, nilai itulah yang bisa digunakan sebagai patokan nilai uang kepada anak.

Dengan demikian, ketika anak-anak meminta sesuatu yang relatif mahal para orangtua tinggal memberikan perbandingan tersebut. “Jadi misalnya anak minta mainan yang harganya Rp100.000, saya akan bilang kalau mainan itu setara dengan 10 hamburger,” tambahnya.

Dengan cara tersebut, anak-anak biasanya akan berfikir lagi sebelum merengek meminta mainan. Apalagi, jika orangtua bisa menjelaskan bahwa untuk membeli mainan seharga Rp100.000, anak harus rela tidak membeli 10 hamburger dalam beberapa waktu ke depan.

Jika akhirnya anak tetap ngotot ingin memiliki mainan tersebut dan merelakan jatah 10 hamburger, orangtua harus memastikan anak menepati komitmennya. “Ini sekaligus mengajarkan kepada mereka untuk menepati janji yang sudah diucapkan.”

MENABUNG UANG RECEHAN

Tip lain dari Prita adalah dengan mengajarkan anak bahwa uang sekecil apapun tetap memiliki nilai. Hal ini biasanya berlaku pada uang receh yang justru sering diremehkan. Membiasakan anak untuk menyisihkan uang receh di celengan akan membantu mengajarkan mereka berperilaku hemat.

Dengan menabung uang recehan, anak akan memiliki motivasi untuk menyisihkan uangnya. Apalagi jika anak memiliki keinginan tertentu yang memungkinkan untuk direalisasikan menggunakan uang tabungannya tersebut. “Jadi anak saya pernah nabung uang receh di celengan sampai dapat Rp2,5 juta,” ujar Prita.

Dia juga menceritakan dengan berbekal uang hasil tabungannya tersebut, buah hatinya bisa membeli tiket sendiri untuk memasuki Hong Kong Disneyland yang memang menjadi impiannya selama ini.

Meskipun terkesan sederhana, perilaku seperti ini bisa memberikan kebanggaan dan rasa percaya diri kepada anak untuk mengaplikasikan perilaku hemat sejak dini.

Agar bisa sukses mengajarkan anak berperilaku hemat tentu para orangtua juga harus memulainya dari diri sendiri. Salah satu caranya adalah dengan melakukan riset secara mendalam sebelum membeli sesuatu. Misalnya, apakah barang-barang tersebut memang betul-betul dibutuhkan atau tidak.

Selain itu, usahakan agar menghindari utang terutama untuk membeli barang-barang yang sifatnya konsumtif. Menurut Prita, rata-rata masyarakat di Indonesia memiliki tiga masalah dalam hal perencanaan keuangan.

Pertama, tidak bisa membedakan mana tabungan, investasi, dan simpanan. Kedua, hobi berutang, dan terakhir, adalah gaya hidup yang tinggi. Nah, dengan membiasakan anak berhemat sejak dini ketiga masalah keuangan yang melanda banyak orang di Indonesia ini tentunya bisa dikurangi. ()

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (14/2/2016)
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro