Bisnis.com, MALANG—Beberapa hotel di Malang mulai melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pekerja, karena melesunya tingkat hunian.
Sekretaris Badan Pengurus Cabang PHRI Malang Slamet Sudiharto menjelaskan jumlah pekerja yang di-PHK sampai mencapai 400 orang. Namun mereka bukan pekerta tetap, melainkan pekerja tidak tidak tetap, outsourcing.
“PHK dilakukan karena rendahnya tingkat okupansi hotel,” ujarnya di Malang, Kamis (17/3/2016).
Bulan lalu, tingkat okupansi hotel di Malang hanya 28%, padahal pada 2014 tingkat hunian mencapai 70%. Rendahnya tingkat okupansi, karena banyaknya hotel yang beroperasi di Malang sehingga “kue” tamu harus dibagi hotel yang ada.
Jika kondisinya tidak segera membaik, dikhawatirkan angka PHK bertambah dengan memangkas pekerja kontrak.
Dia menghitung tingkat aman bagi hotel untuk melaksanakan kegiatan bisnisnya setidaknya dengan tingkat okupansi 40%-50%. Kurang dari angka itu berarti harus berhati-hati.
Menurut dia, sampai saat ini jumlah kamar yang disediakan 141 hotel berbintang 3, 4, dan 5 di Kota Malang mencapai 2.100 kamar. “Dalam waktu dekat aka nada tambahan 700 kamar lagi dari beberapa hotel yang sedang dalam tahap proses pembangunan,” ujarnya.
Dengan kamar eksisting saja, tingkat hunian kota masih di bawah 60% pada Januari-Februari 2016. Bila dibandingkan dengan posisi 2015, memang terjadi pertumbuhan karena tahun lalu ada kebijakan larangan pegawai negeri sipil menggelar rapat di hotel.
Namun yang menggembirakan, tingkat tarif hotel di Kota Malang masih terjaga normal. Tidak terjadi perang tarif dengan jor-joran diskon yang besar antarhotel. Diskon paling besar di kisaran 40% dan tidak pernah melebihi angka itu.
Kondisi seperti itu masih lebih baik bila dibandingkan dengan keberadaan hotel di Bandung, Bali, Surabaya, dan Jakarta yang memasang diskon besar-besaran.
Hotel-hotel di Malang bisa menjual dengan tarif yang masih baik, karena terbantu penjualan paket meeting, incentive, conference, exhibition (MICE).
Namun dengan tidak adanya kebijakan moratorium pendirian hotel baru dari Pemkot, maka promosi sektor pariwisata di daerah perlu dipacu agar tingkat okupansi hotel terjaga tinggi.
Rupanya, kata dia, Pemkot Malang menyadari masalah tersebut. Karena itulah, kegiatan kegiatan Promosi Pariwisata 2016 yang digelar di Kota Malang daro 1-4 April cukup positif untuk menjaga dan meningkatkan tingkat hunian di Kota Malang.
Rencananya, kegiatan tersebut akan mendatangkan buyer di kota-kota besar di seluruh Indonesia, sedangkan seller-nya dari hotel-hotel yang ada di Kota Malang.
Paket yang dijual, selain menginap di hotel, juga mengunjungi objek wisata, yakni Museum Angkut dan Jatim Parks, Batu, Gunung Bromo, Kab. Probolinggo, dan Taman Safari, Prigen, Pasuruan.(k24)