Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) menduduki peringkat 7 dari 10 negara terbesar di dunia. Total penderita DM di Indonesia diperkirakan 10 juta orang.
Hal itu disampaikan Marketing Manager PT Roche Indonesia Benny Kurniawan, Selasa (30/8/2016) di Jakarta. Menurut dia, jumlah pengidap diabetes terus meningkat, baik di tingkat nasional maupun dunia. Data International Diabetes Federation (IDF) 2015 menyebut, jumlah diabetisi 415 juta, dan diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2040 sekitar 642 juta (55%).
Indonesia, lanjutnya, berada pada peringkat ke-7 dari 10 negara dengan penyandang diabetes terbesar di seluruh dunia ( Indonesia diperkirakan 10 juta). Sedangkan data nasional, menurut Riset Kesehatan Daerah (RISKESDAS) tahun 2013, tingkat prevalensi diabetisi sebesar 6,8% di Indonesia.
“Untuk mencapai kendali gula darah pada diabetisi diperlukan beberapa kegiatan serta pengobatan yang terpadu dalam satu pengelolaan holistik, meliputi edukasi, pengaturan pola makan, aktivitas fisik, pemberian obat-obatan, dan pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM),” jelasnya.
Dijelaskan, PGDM merupakan kesatuan dalam pengelolaan diabetes melitus, yaitu pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan oleh diabetisi sendiri dan atau keluarganya menggunakan alat glukometer. Pemantauan glukosa darah dapat mendukung keberhasilan pencapaian target pengendalian glukosa darah. PGDM dapat dilakukan secara mandiri setelah mendapat edukasi dari tenaga kesehatan terlatih.
“Pengendalian glukosa darah merupakan salah satu pilar penting untuk pencapaian pengendalian glukosa darah sehingga dapat mengurangi risiko komplikasi (makrovaskular dan mikrovaskular) pada diabetisi tipe 1 (DMT1) maupun tipe 2 (DMT2),” bebernya.
Saat ini telah banyak pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan secara reguler baik glukosa darah puasa (GDP), glukosa darah pasca prandial yaitu dua jam setelah makan (GDPP) dan glukosa darah sewaktu atau random serta HbA1c[1] dalam praktik sehari-hari yang bertujuan mengendalikan kadar gula darah.
“Penelitian DiabCare Indonesia tahun 2008 dan 2012 menunjukkan adanya peningkatan penggunaan PGDM dari 22,1% menjadi 38,9%, tetapi tidak disertai dengan peningkatan pencapaian target HbA1c,” ujarnya.
Tidak adanya peningkatan itu, lanjutnya, disebabkan oleh PGDM yang belum dilakukan secara baik dan benar. Akibatnya, hasilnya tidak dapat memberikan gambaran yang sesungguhnya tentang variabilitas glukosa darah diabetisi pada kondisi sehari-hari di rumah.