Bisnis.com, JAKARTA - Tontonan humor belakangan ini banyak didominasi aksi mem-bully dan melecehkan satu pelaku humor dengan pelaku humor lain. Penonton merindukan aksi-aksi humor yang kritis dan peka terhadap kondisi sosial.
Kondisi ini pula yang mendorong grup lawak Bagito menggelar reuni tepat di usianya yang ke- 38 tahun, pada 28 Oktober besok bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda. Mereka akan kembali pentas di atas panggung dengan lelucon yang peka terhadap kondisi sosial.
Nama Bagito, singkatan dari Bagi Roto, mulai mencuat pada akhir 1980an dan awal 1990an. Kiprah Bagito tidak hanya di panggung festival, tetapi juga masuk ke media radio siaran dan televisi. Kala itu, gaya lawak Bagito banyak mengkritisi kondisi sosial, tetapi tidak menyakiti hati.
Serupa, gaya humor bergizi yang sama akan ditampilkan dalam pentas reuni nanti. Bagito ingin menjadi kelompok lawak yang konsisten. Ada pesan yang ingin dikomunikasikan dalam panggung lawak, sehingga tidak sekadar menjadi ajang tontonan lucu semata.
Salah satu anggota, Dedy 'Mi’ing' Gumelar, mengatakan Bagito ingin mengisi ruang publik dengan kepekaan terhadap kondisi sosial. Panggung saat ini sekaligus ingin mengkritik kecenderungan panggung humor sebagai ajang mem-bully dan menurunnya budaya santun.
Selain itu, kembalinya Bagito sekaligus mengobati rindu mereka yang pernah menjadi penonton lawak di era 1980-an hingga 1990-an. Sebab, Mi’ing menilai panggung komedi saat ini cenderung menyasar penonton muda. Hal ini berbeda dengan grup lawak era 1980-an dan1990-an yang dapat menyasar semua kalangan, baik tua maupun muda.
Srimulat misalnya, menjadi kelompok lawak yang disukai anak muda maupun orang tua pada masa itu.
Mi’ing berharap kembalinya Bagito di panggung komedi menjadi pengingat bahwa tidak pernah ada kata pensiun bagi seniman. Seniman, imbuhnya, tidak boleh berhenti berkarya.
“Setiap minggu kami bertemu dan berlatih. Sebab, tidak mudah setelah vakum 13 tahun untuk kembali mengulang materi humor agar tetap relevan,” imbuhnya.