Bisnis.com, JAKARTA - Seseorang yang terlihat bahagia, ternyata tidak selalu menunjukkan perasaannya yang sesungguhnya.
Bahkan untuk menutupi berbagai perasannya, seseorang cenderung berbuat lucu dan terus melontarkan candaan.
Salah satu contohnya yakni karakter Candler dalam series Friends. Ia dikenal sebagai orang lucu yang ternyata menutupi rasa depresinya akan berbagai hal.
Tindakan ini dinamakan sebagai Sad Clown Paradox, di mana orang-orang yang sangat lucu, yang sering dicap sebahai comedian, ternyata memiliki kondisi kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.
Menurut Pretend the World Is Funny and Forever: A Psychological Analysis of Comedians, Clowns, and Actors, ditemukan bahwa orang yang paling lucu sering kali berasal dari latar belakang sosial ekonomi rendah, dan mungkin mengadopsi peran “badut kelas” di sekolah sebagai cara untuk mengatasi stres dan kecemasan.
Penelitian mengungkapkan bahwa komedi menjadi "obat" untuk melepas ketegangan dan menghilangkan rasa sedih hingga kemarahan dalam bentuk verbal.
Seorang psikolog Seymour Fisher pada tahun 1981, menerbitkan penelitian yang menunjukkan ciri-ciri Sad Clown Paradox.
Salah satu yang paling umum yakni, sindrom ini hanya dimiliki oleh komedian dan tidak dimiliki oleh penghibur lain, misalnya aktor.
Menurut Seymour, tertawa dapat berkembang sebagai media untuk mempertahankan diri dan mungkin menjadi tameng untuk mengendalikan situasi yang tidak nyaman.
Sigmund Freund, Bapak Psikoanalisis, juga menyebut humor atau candaan sebagai “proses defensif” untuk mengatasi kecemasan dan ancaman psikis.
Kelucuan dibentuk untuk menjadi pengubah akan suatu pengatuh "yang menyenangkan”.