Cocok dengan Lidah
Di restoran ini, daging yang disajikan sudah dibakar hingga matang oleh koki. Rasanya gurih dan relatif cocok di lidah Indonesia, tapi dagingnya sudah dingin, seperti sudah dimasak sebelumnya dan hanya dihangatkan saat ada yang pesan.
Hanya ada sekitar 20 potongan kecil daging sapi bertabur biji wijen di piring saji. Tidak sebanding dengan harganya yang nyaris Rp300.000.
Sebagai pelengkap, ada daun selada, bawang putih, irisan cabai hijau serta bumbu pedas yang penampakannya mirip sambal terasi.
Daging dimakan dengan lebih dulu membungkus daging dan sedikit bumbu menggunakan selada, bila suka bisa tambah dengan bawang putih dan irisan cabai, baru dimakan.
Pesanan terakhir, mi dingin Pyongyang disajikan dalam mangkuk lebar. Mi ditata sedemikian rupa dalam mangkuk lebar. Penampilannya mirip dengan gambar di daftar menu.
Pada bagian terbawah ada mi tipis kenyal yang lebih mudah dimakan bila terlebih dahulu dipotong dengan gunting. Di atas mi ada potongan kol, daging ayam, dan bumbu pedas berwarna merah.
Sebagai pemanis, dua iris timun diletakkan di bagian teratas. Setiap porsi dilengkapi dengan setengah telur rebus.
Sebelum semua bahan diaduk, kuah terasa terlalu hambar. Setelah diaduk pun rasa kuah tetap tidak gurih seperti selera rata-rata orang Indonesia.
Irisan semangka segar nan manis menjadi penutup dari pengalaman makan di Pyongyang Restaurant.