Bisnis.com, JAKARTA - Deteksi dini adalah salah satu kunci untuk mencegah penyakit kanker menjadi penyakit yang berbahaya. Semakin dini ditemukan, penyakit ini lebih besar kemungkinannya untuk disembuhkan.
Sayangnya, kesadaran dan upaya untuk deteksi dini kanker masih kurang. Hal tersebut diungkapkan oleh pendiri Cancer Information and Support Center Aryanthi Baramuli. Organisasi ini berfokus pada pendampingan terhadap pasien dan keluarga penderita kanker.
"Seringkali mereka baru memeriksakan diri ketika sudah stadium lanjut," kata dia, Selasa (12/12/2017).
Padahal, deteksi yang terlambat bisa membuat penyakit ini lambat juga untuk ditangani.
Dalam sebuah riset, 70 persen penderita kanker payudara baru mendapat penanganan saat sudah masuk stadium lanjut. Sedangkan sisanya bisa menjalani perawatan lebih dini di tahap awal.
Berkaitan dengan ini, Aryanthi mendorong agar pemerintah lebih gencar melakukan sosialisasi terhadap masyarakat.
Baca Juga Setahun, 15,6 Juta Kasus Aborsi di India |
---|
"Programnya sebenarnya sudah ada sejak 2008, namun masih lamban," kata dia.
Menurut dia, sosialisasi untuk deteksi dini kanker harus lebih digencarkan dengan memanfaatkan berbagai media, mulai dari media sosial hingga media elektronik. Apalagi setiap tahun, penderita kanker di Indonesia terus menunjukkan peningkatan.
"Kita ini berkejaran dengan penyakit itu," ujarnya.
Baca Juga Kemenkes Jamin Keaslian Vaksin Difteri |
---|
Selain sosialisasi yang lebih gencar, Aryanthi mendorong agar pemerintah lebih melengkapi fasilitas untuk pemeriksaan dini kanker. Misalnya fasilitas untuk pemeriksaan mammografi (deteksi kanker payudara). "Fasilitas ini belum merata," kata dia.
Dari pengalaman pasien yang didampinginya, mammografi lebih mudah ditemukan di fasilitas kesehatan di kota-kota besar. Sedangkan di kota pinggiran dan pedalaman kesulitan untuk mengaksesnya.
"Padahal di daerah juga membutuhkan fasilitas tersebut," ujarnya.
Ia meminta setidaknya fasilitas tersebut ada di rumah sakit tipe C di setiap kecamatan, sehingga masyarakat lebih mudah untuk mengaksesnya.
Menurut dia, penganggaran untuk pengadaan fasilitas tersebut akan lebih murah dibandingkan nantinya pemerintah harus menanggung biaya pengobatan setelah warganya menderita kanker stadium lanjut.
Saat ini, pemerintah memang telah menanggung biaya pengobatan kanker melalui Jaminan Kesehatan Sosial (JKN).