Bisnis.com, NTB - Lokasi wisata di Indonesia pada umumnya identik dengan berbagai retribusi atau karcis masuk yang harus dibayar wisatawan. Namun, hal itu berbeda dengan lokasi wisata terkenal di Nusa Tenggara Barat, Gili Trawangan.
Tak dipungkiri bahwa sektor pariwisata cukup membantu memajukan perekonomian masyarakat di suatu daerah. Lokasi wisata juga sangat potensial untuk menjadi "tambang" retribusi bagi pemerintah setempat guna menghasilkan pendapatan asli daerah.
Namun, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat yang wilayahnya meliputi tiga pulau, yakni Gili Air, Gili Trawangan, dan Gili Meno tak mejadi retribusi sebagai andalan atas potensi pariwisata laut yang sangat besar.
Daerah tersebut dikenal memiliki pantai dan pemandangan alam bawah laut yang indah. Ribuan wisatawan asing setiap hari berkunjung ke daerah tersebut. Mereka ada yang datang melalui Pulau Bali dengan menggunakan kapal cepat maupun penerbangan langsung ke Bandara Internasional Lombok.
Desa dengan tiga pulau ini memiliki luas daratan sekitar 678 hektare dengan jumlah penduduk sebanyak 5.100 jiwa atau 1.113 keluarga. Di desa ini berdiri puluhan hotel berbintang dan restoran untuk mendukung kepariwisataan.
Dalam pengembangan pariwisata di Desa Gili Indah, pemerintah setempat tidak menarik retribusi apa pun kepada para wisatawan yang berkunjung, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
"Desa kami juga tidak memungut retribusi kepada para pengusaha hotel maupun restoran, mereka hanya dikenai pajak dari pemerintah kabupaten," kata Kepala Desa Giri Indah, Muhammad Taufik.