Cerita dongeng/Istimewa
Health

Manfaat Dongeng untuk Anak, Memperkuat Ikatan hingga Menanamkan Nilai

Dewi Andriani
Kamis, 13 Desember 2018 - 09:24
Bagikan

“Pada zaman dahulu kala, hiduplah seekor kancil yang sangat cerdik...” Demikian penggalan kisah awal tentang si kancil dan pak tani yang sering diceritakan orang tua kepada anak-anaknya sebelum tidur.

Namun, aktivitas mendongeng tersebut saat ini sudah jarang ditemukan. Padatnya aktivitas dan kesibukan di kantor membuat orang tua terlalu lelah ketika sampai di rumah dan seolah tidak memiliki waktu untuk mendongeng kepada buah hatinya.

Belum lagi ketika mencoba untuk mendongeng, orang tua sering tidak percaya diri dan gagal menarik perhatian. Akhirnya, para orang tua lebih memilih untuk memberikan dan membiarkan anak-anaknya terpapar gawai.

Padahal, dongeng menjadi salah satu cara untuk mempererat ikatan hubungan antara anak dan orang tua. Selain itu, melalui dongeng orang tua juga dapat menanamkan nilai-nilai kehidupan kepada anak dengan cara yang asyik dan menyenangkan.

Mona Ratuliu, artis dan presenter ini mengatakan bahwa dirinya sudah rutin membacakan dongeng kepada buah hatinya sejak anak pertama sampai anaknya yang ketiga. Biasanya, istri dari Indra Brasco ini menggunakan dongeng untuk menyampaikan pesan positif pada ketiga putra putrinya.

Sebab, diakui olehnya bahwa anak-anak agak sulit menerima nasihat dari orang tua apalagi jika disampaikan dengan cara yang memerintah. Padahal sebagai orang tua memiliki kewajiban untuk menanamkan nilai dan pesan positif kepada anak sejak dini.

“Mengemas nilai-nilai tersebut dalam bentuk dongeng sudah paling gampang dan bisa tersampaikan dengan lengkap karena anak memang duduk mendengarkan kita tanpa dia merasa dinasehati,” tuturnya ditemui di sela acara kampanye Nivea #SentuhanIbu Melalui Dongeng.

Mona juga kerap mengajak anak bercerita dengan cara melanjutkan kisah tersebut sehingga terjadi komunikasi dua arah yang seru dan menyenangkan. Selain itu, dengan mengarang sendiri dongengnya hal tersebut dapat melatih kognitif dan imajinasi anak.

Karena itulah, Mona tidak hanya terpaku pada buku cerita saja tetapi juga kreatif mengarang sendiri kisahnya dari hal-hal sederhana dan dekat dengan kehidupan keseharian. “Tidak harus selalu membeli buku cerita juga karena dari kehidupan keseharian kisah itu juga bisa terbentuk dan nilai yang ingin kita tanamkan juga dapat  tersampaikan dengan baik,” tuturnya.

Sementara itu, psikolog anak yang juga Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia Seto Mulyadi mengatakan bahwa membacakan dongeng kepada anak menjadi cara paling efektif untuk mempererat ikatan dan komunikasi dengan anak.

Selain itu, dongeng dapat memperluas wawasan dan merangsang berbagai aspek perkembangan pada anak, a.l. mengaktifkan pusat emosi di otak dan melatih fokus perhatian anak, mengajarkan etika, hingga estetika melalui keindahan cerita dan nyanyi. Bahkan juga melatih kinestetik anak dengan mengajaknya melakukan berbagai gerakan

Mendongeng juga melatih anak berpikir secara terstruktur, menstimulasi kreativitas, memperkenalkan berbagai nuansa emosi, dan proses identifikasi yang erat kaitannya dengan pembentukan kepribadian positif anak di saat dewasa kelak.

Apalagi pada saat mendongeng ada cinta kasih sayang dan sentuhan yang diberikan orang tua kepada anak.

Agar menarik perhatian anak, orang tua harus kreatif dalam pengemasannya. Mulai dari nada dan intonasi yang indah, hingga menyiapkan berbagai alat peraga yang menarik bagi anak. Berikan cinta, kasih sayang, dan sentuhan saat mendongeng sehingga anak merasa senang dan antusias.

Selain itu, orang tua juga dapat melakukan improvisasi dengan menciptakan sendiri kisahnya dengan membuat sinopsis singkat yang di dalamnya disisipkan nilai moral yang ingin ditanamkan.

“Jangan lupa ajak mereka ikut bercerita dua arah karena itu melatih imajinasi dan kreatifitas serta membuat anak berani menyampaikan ide dan pandangannya tanpa takut salah,” ujarnya.

Terbukti dengan cara tersebut, beberapa orang tua yang dilatih untuk mendongeng, melaporkan bahwa sejak itu anaknya lebih tertarik mendengarkan dongeng dari orang tua daripada menonton tv atau bermain gadget.

 

PERCAYA DIRI

Pendiri Komunitas Ayo Dongeng Indonesia Ariyo Zidni mengatakan bahwa ketika orang tua mendongeng atau bercerita akan menimbulkan tawa, sentuhan, dan kedekatan yang sebetulnya dapat menghilangkan stres.

Namun sayangnya, masih banyak orang tua yang kurang percaya diri dalam membacakan dongeng kepada anaknya. Padahal, mendongeng itu mudah dan siapa pun dapat melakukannya.

“Ibu yang percaya diri dalam bercerita, variasi dalam memainkan suara, ekspresi wajah, dan gerakan tubuh secara sederhana adalah faktor penting. Tidak perlu berlebihan dan sempurna yang terpenting adalah kejujuran,” jelasnya.

Dengan demikian, baik dibacakan secara langsung dari teks maupun improvisasi cerita, mendongeng dapat menjadi interaksi yang kuat antara orang tua dan anak di tengah kesibukan para ibu generasi milenial yang bekerja.

Sediakan waktu 10 menit saja untuk mendongeng pada anak itu sudah cukup. Kalau bisa sebelum menceritakan pada anak, baca dulu ceritanya agar tahu pada bagian mana perlu ekspresi dan penekanan karena di dalam buku tidak ada suara sehingga orang tua harus dapat menambahkan sendiri ekspresi, nada, dan gesture badan saat bercerita.

“Penekanan kata dan intonasi itu sangat penting karena dari situlah anak berimajinasi dengan dongeng yang kita ceritakan. Dan setiap kata itu memiliki rasanya masing-masing tinggal bagaimana orang tua mampu mengekspresikan kata tersebut,” tuturnya.

 

Penulis : Dewi Andriani
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro