Bisnis.com, JAKARTA – Keresahan soal government shutdown (penutupan layanan pemerintah) federal di Amerika Serikat (AS) tampaknya sudah mencapai ubun-ubun masyarakat Negeri Paman Sam, termasuk penyanyi Cardi B.
Rapper wanita ternama ini benar-benar gusar dengan masa shutdown yang tak kunjung usai dan menyebabkan nasib ratusan ribu pekerja federal AS terombang-ambing selama berpekan-pekan.
Selain mengomel tentang shutdown, Cardi B mengecam Presiden Donald Trump karena memaksa sejumlah karyawan federal untuk kembali bekerja tanpa dibayar dan mencoba membangun tembok perbatasan.
Baca Juga Sun Life Gelar Kompetisi Lari |
---|
Tanpa tedeng aling-aling, Cardi B menumpahkan kekesalannya mengenai situasi tersebut dalam suatu video yang diunggah di Instagram pada Rabu (16/1/2019) waktu setempat. Beberapa kali ia bahkan terdengar mengeluarkan sumpah serapahnya.
“Hei kalian semua, aku hanya ingin mengingatkan kalian semua karena ini [shutdown] sudah berlangsung lebih dari tiga pekan. Trump sekarang memerintahkan pekerja pemerintah federal untuk kembali bekerja tanpa dibayar,” ungkap penyanyi berusia 26 tahun ini.
“Aku tidak ingin mendengar kalian berbicara tentang, 'Oh, tapi Obama menutup pemerintahan selama 17 hari’. Ya memang, itu untuk perawatan kesehatan agar nenekmu bisa memeriksakan tekanan darahnya dan kalian para wanita bisa memeriksakan diri di dokter kandungan tanpa masalah,” lanjutnya sambil sesekali bersumpah serapah.
Di pengujung kalimatnya, Cardi B menyoroti gentingnya situasi tersebut dan mengajak para fansnya untuk bertindak meskipun tidak tersangkut paut dengan shutdown ini.
“Aku tahu banyak dari kalian tidak peduli karena tidak bekerja untuk pemerintah atau kalian mungkin tidak bekerja. Tapi masalah ini benar-benar serius, kawan. Ini benar-benar gila. Negara kita sedang genting saat ini karena tembok dan kita benar-benar harus menganggap ini serius,” lanjutnya, seperti dilansir dari People.
Hingga Rabu (16/1/2019) waktu setempat, shutdown pemerintah AS telah memasuki hari ke-26. Belum juga ada tanda-tanda dari Gedung Putih yang dipimpin Presiden Donald Trump atau pun Kongres AS mengenai negosiasi untuk mengakhirinya.
Pada Rabu, mayoritas anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS yang dihuni Partai Demokrat memilih meloloskan serangkaian perundang-undangan terbaru untuk mengakhiri shutdown.
Langkah itu akan memberikan anggaran sebesar US$12,1 miliar untuk bantuan bencana serta membuka kembali sembilan departemen federal dan lusinan lembaga pemerintahan yang ditutup sampai 8 Februari.
Tetap saja, RUU itu tidak mencakup anggaran yang diminta Trump untuk pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko. Kubu Trump jelas-jelas menentangnya. Hanya enam suara dari Partai Republik yang mendukung RUU itu, seperti dilansir Bloomberg.
Negosiasi kedua pihak untuk mengakhiri shutdown berulang kali terhenti lantaran Trump dan para pemimpin Demokrat di Kongres saling ogah mengalah dalam hal pendanaan tembok di sepanjang perbatasan AS dan Meksiko.
Proposal dana senilai US$5,7 miliar untuk tembok perbatasan yang diajukan Trump dalam rancangan undang-undang disanggah oleh pihak Demokrat, memaksa shutdown terus berlanjut hingga memecahkan rekor dalam sejarah Amerika.
Sejumlah jajak pendapat menunjukkan mayoritas penduduk Amerika Serikat menilai Presiden Donald Trump-lah sosok yang paling bertanggung atas shutdown ini dibandingkan dengan anggota Demokrat di Kongres AS.
Beberapa jajak pendapat juga menunjukkan sebagian besar warga AS menentang pembangunan tembok tersebut dibandingkan dengan yang mendukungnya.