Bisnis.com, JAKARTA - Mendengkur atau mengorok adalah kondisi ketika seseorang mengeluarkan suara dari vibrasi jaringan-jaringan lunak saluran pernapasan atas selama tidur.
Biasanya ini terjadi selama fase inspirasi atau mengambil udara saat bernapas, namun dapat juga terjadi selama fase ekspirasi atau mengembuskan udara. Menurut Dito Anurogo, saat seseorang mendengkur, merupakan pertanda terjadi sesuatu di saluran pernapasan atas.
“Misalnya saja terdapat gangguan tidur, yang dinamakan obstructive sleep apnea (OSA). Di dunia kedokteran, OSA bersinonim dengan HSD (heavy snorers disease),” kata dokter yang juga dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar ini, , Selasa (9/4/2019).
Menurut dia, sekitar 45 persen orang dewasa terkadang mendengkur, sedangkan 25 persen memiliki kebiasaan mendengkur (habitual snorers). Faktanya, mendengkur dijumpai pada 5-86 persen pria dan 2-57 persen wanita, yang berusia antara 30-60 tahun.
Mayoritas orang berusia lebih dari 65 tahun mendengkur. Mendengkur dijumpai tiga kali lebih banyak pada penderita obesitas.
Kenapa pria lebih banyak? Menurut Dito, prevalensi mendengkur dan OSA yang dominan pada pria dihubungkan dengan efek testosteron pada ventilasi dan kemosensitivitas. Hormon itu memengaruhi mendengkur melalui perubahan anatomi saluran udara bagian atas dan struktur muskuloskeletal (otot dan rangka) secara umum.
Gangguan hormon endokrin juga terkait kejadian mendengkur adalah hipotiroidisme, yang menginduksi perubahan struktur myxedematous atau hipotiroid, mengubah kontraktilitas otot, serta terkait erat dengan akromegali (kelebihan hormon pertumbuhan), makroglosia (pembesaran lidah), penebalan mukosa faring, perubahan tulang rawan (kartilago) wajah serta perubahan tulang.
Faktor hormonal juga terbukti memengaruhi tekanan saluran pernapasan atas. Perbedaan bentuk (anatomi) dan fungsi (fisiologi) orofaring diduga juga menyebabkan terjadinya mendengkur.
Dikutip dari Sleep.org, mendengkur juga dipicu oleh perbedaan fisik pria dan wanita. Sebagian besar pria terlahir dengan laring lebih rendah daripada perempuan sehingga ini membuat laki-laki memiliki ruang terbuka lebih besar di jalan napas.
Gaya hidup, seperti merokok dan konsumsi minuman beralkohol yang lebih banyak dilakukan oleh pria, juga mempengaruhi situasi ini.