Bisnis.com, JAKARTA – Komunitas Perempuan Berkebaya bersama dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar focus group discussion (FGD) yang membahas tentang pentingnya pelestarian kebaya sebagai bagian dari budaya Indonesia.
Acara yang diselenggarakan di Museum Nasional pada Selasa (16/7/2019) tersebut dihadiri oleh ratusan peserta yang berasal dari berbagai macam organisasi.
Dalam sambutannya, Pendiri Komunitas Perempuan Berkebaya Rahmi Hidayati mengungkapkan bahwa gerakan berkebaya yang digaungkan dalam beberapa tahun terakhir ini mendapat respon yang cukup luas.
“Buktinya, organisasi perempuan besar hadir mengikuti diskusi tentang kebaya hari ini,” ungkapnya.
Diantara organisasi yang hadir dalam acara tersebut adalah Komunitas Notaris Indonesia Berkebaya, Rampak Sarinah, Ikatan Istri Karyawan Pegadaian, GK Ladies, dan Perempuan Indonesia Anti Korupsi.
Rahmi menjelaskan bahwa kebaya merupakan budaya asli Indonesia yang perlu dicintai sebagai warisan budaya yang dikenal dari Sabang sampai Merauke. Dalam upaya melestarikannya, diperlukan adanya kegiatan sosialisasi yang masif.
Dia menekankan dua hal yang perlu disosialisasikan dalam rangka menggemakan kembali budaya berkebaya di Indonesia.
Pertama, tentang definisi kebaya yang hingga saat ini masih belum dipahami secara seragam. Sosialisasi ini bertujuan agar masyarakat mengetahui sebenar-benarnya pakem yang melekat pada kebaya.
Kedua, mensosialisasikan tentang cara memakai kain. Sosialisasi ini penting mengingat busana kebaya kerapkali dinilai sebagai pakaian yang ribet dikenakan. Oleh sebab itu diperlukan adanya pemahaman tentang cara pemakainnya yang benar, dan kemudian akan membuat masyarakat menjadi terbiasa mengenakannya.
“Budaya kebaya punya sejarah dan filosofi gerakan Indonesia. Kita perlu menjaga esksistensi kebaya,” jelasnya.
Untuk semakin membumikan kembali kebaya, Rahmi berharap pemerintah Indonesia bisa mendukung diberlakukannya Hari Kebaya Nasional, sama halnya dengan adanya Hari Batik Nasional.
Di samping itu, Rahmi melanjutkan, cukup berbangga karena budaya ‘Selasa Berkebaya’ secara perlahan kini diikuti oleh berbagai kalangan.