Bisnis.com, JAKARTA – Sebagai salah satu warisan budaya bangsa Indonesia, kebaya menjadi busana yang kerap diperjuangkan untuk terus dilestarikan agar tidak hilang ditelan zaman.
Belakangan ini, kebaya tampak kembali eksis. Tak sekedar dikenakan pada momen Hari Kartini saja. Tetapi juga pada hari Selasa melalui gerakan ‘Selasa Berkebaya’ yang diinisiasi oleh Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia.
Untuk menciptakan pemahaman yang satu frekuensi tentang kebaya dan agar tak terlepas dari esensi asalnya, Perancang Busana Musa Widyatmodjo memberikan gambaran kebaya yang diwariskan oleh para pendahulu berupa empat resep berkebaya.
Resep pertama adalah kebaya kartini. Kebaya ini terinspirasi dari Raden Adjeng Kartini yang selalu mengenakan kebaya dengan bagian depan yang tertutup atau tidak menunjukkan bentuk kemben.
“Kebaya kartini berpadu dengan kain panjang di bawahnya,” ujarnya, baru-baru ini.
Adapun, resep kedua adalah kebaya noni. Dinamakan noni lantaran diciptakan dari pengaruh noni-noni Belanda. Kebaya ini aslinya menggunakan renda untuk mempermanis tepian baju yang diciptakan para perempuan Eropa yang tinggal di Indonesia. Kebaya noni harus dipadukan dengan sarung sebagai bawahan.
Jika persilangan dengan busana Eropa menciptakan kebaya noni, beda dengan busana Tionghoa peranakan yang memunculkan kebaya encim.
Kebaya encim atau kebaya nyonya adalah resep yang ketiga. “Karakternya, selalu dibordir dan berwarna-warni. Nyonya-nyonya Tionghoa pakai baju kayak gitu,” lanjutnya.
Resep yang terakhir adalah kebaya kutubaru, yaitu kebaya klasik Indonesia yang harus dipadupadankan dengan kain panjang.
Kebaya ini memiliki desain bagian depan yang terbuka yang seringkali memiliki gaya seperti kemben. Kebaya kutubaru memiliki pakem yang cukup jelas, namun paling sering dimodifikasi.
Dengan adanya resep-resep tersebut, sejatinya kebaya merupakan busana yang memiliki pakem tertentu yang sudah jelas.
Namun, jika menilik pada kebutuhan gaya hidup, mengombinasikan kebaya dengan busana kasual menurut Musa sah-sah saja. Namun, dia menjelaskan, tak semua perempuan yang memakai kebaya disebut berkebaya. Misalnya, perempuan pakai kebaya dan celana panjang, dia disebut memakai kebaya, namun bukan berkebaya.
“Kebaya yang sesuai pakem adalah yang dikenakan pada event-event yang bersifat official, seperti upacara adat. Di luar event resmi itu, kebaya bisa dimodifikasi,” jelasnya.