Model mengenakan busana rancangan Silfia Nabila pada pembukaan Muslim Fashion Festival (MUFFEST) 2019 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (1/5/2019)./ANTARA-Rivan Awal Lingga
Fashion

Rancang Busana Baru, Cottonology Gandeng UMKM

Gloria Fransisca Katharina Lawi
Jumat, 7 Februari 2020 - 11:46
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pebisnis fesyen mulai memaksimalkan peran pengusaha mikro, kecil dan menengah dalam menciptakan produk-produk busana. Cottonology melakukan hal tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan sekaligus mengoptimalkan ekspansi bisnisnya.

Pendiri sekaligus CEO Cottonology, Carolina Danella Laksono, mengakui bahwa perusahaan tengah memfokuskan usahanya pada pemberdayaan masyarakat sekitar. Apalagi, jumlah pelaku UMKM di Bandung dan Jakarta terbilang cukup banyak. Cottonlogy pun melibatkan penjahit-penjahit lokal di sekitar Bandung. Mereka terdiri dari perajin rumahan, individu atau lepasan.

“Kami bersyukur bahwa kerjasama Cottonology dengan mereka masih terus berlangsung sampai sekarang. Sebuah kebanggaan tersendiri bisa menjadikan bisnis ini sebagai jalan rezeki buat mereka,” ujar Carolina dikutip dari siaran pers, Jumat (7/2/2020).

Alumnus University of California, Berkeley tersebut, dengan kolaborasi dan dukungan dari penjahit lokal, Cottonology sukses membuka 60 top-up store di 30 kota. Sejauh ini merek lokal tersebut telah berhasil menjual lebih dari 400 ribu item pakaian pria di seluruh Indonesia.

Carolina menyatakan, salah satu keunggulan Cottonology adalah proses usaha yang dilakukan dari hulu ke hilir, dari mulai produksi sampai pemasaran. Alhasil harga pakaian yang ditawarkan Cottonology jauh lebih murah dengan bahan 100% katun.

“Dengan kisaran harga 50 sampai 200 ribu, cukup terjangkau untuk semua kalangan,” ungkapnya.

Saat ini Cottonology bersama brand lokal lain berhasil masuk top selling ranked di platform e-dagang Indonesia seperti Shopee, Lazada, BliBli, Tokopedia dan Zalora. Alhasil ke depan dia menargetkan Cottonology bisa memperluas pasar global, minimal di kawasan Asia terlebih dulu. Selain itu, dalam menjalankan usahan, Carolina pun menekankan pentingnya eco-green bagi keberlangsungan kesehatan lingkungan di sekitarnya.

“Sebelum benang kami dipintal, benang yang tak berwana dicelup untuk mendapatkan warna yang sesuai. Limbah dari celupan ini lalu kami daur ulang sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi lingkungan disekitar,” imbuhnya.

Menurut Ketua Umum Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia (Hipmikindo) Syahnan Phalipi, sangat bagus jika ada UKM, apalagi yang dimotori oleh anak muda, bisa melibatkan masyarakat sekitarnya baik untuk produksi maupun pemasaran.

“Apalagi kalau produknya tersebut bisa menyasar segmen masyarakat menengah ke bawah, yang secara potensi lebih besar daripada menengah atas. Ini yang harus digarap oleh anak-anak muda, jangan sampai orang asing yang mengambil peluang ini,” tuturnya.

Syahnan menambahkan, produk fesyen merupakan industri yang sangat diminati masyarakat luas di samping produk-produk makanan dan minuman. Tidak heran jika pengusaha milenial banyak yang terjun di bidang ini khususnya di kota-kota yang memang dikenal sebagai surganya fesyen.

Dia menyebut sejumlah kota seperti; Bandung, Jakarta, Yogyakarta adalah kota-kota di mana industri fesyen tumbuh pesat. Beberapa kota seperti Bali, Surabaya dan Semarang sehingga secara rata-rata semuanya di Jawa dan Bali.

“Sedangkan di luar itu, seperti Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi belum terlalu menggeliat. Ini tantangan pemerintah daerah setempat,” imbuhnya.

Syahnan pun mengajak pelaku UKM di bidang fesyen ini untuk bisa membuat mereknya mengglobal dan dikenal oleh pasar yang lebih luas. “Produk lokal kita harus bisa dikenal oleh pasar dunia. Salah satunya dengan mensponsori acara-acara yang digelar di tingkat global."

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro