Bisnis.com, JAKARTA - Industri desain interior semakin berkembang sejalan dengan pesatnya sektor pembangunan dan peningkatan kesadaran masyarakat akan bidang ini. Para pelaku usahanya dituntut memberikan layanan terbaik supaya bisa bersaing di tengah industri ini.
Desainer Interior Agam Riadi mengatakan bahwa tugas utama dari profesi ini adalah mendampingi klien atau pengguna jasa untuk membuat suatu penataan atau pengerjaan secara arsitektur interior atau bagian dalam dari suatu bangunan dan hunian.
Dia menekankan bahwa seorang desainer interior tak hanya bertugas sebagai dekorator tetapi ikut menentukan bagaimana penggunanya bisa hidup dengan nyaman.
Hal-hal yang diatur termasuk sirkulasi udara, cahaya, mobilitas, hingga emosionalitas pengguna jasanya. Lebih spesifik, desainer interior bertugas menentukan lantai, plafon dinding, furnitur yang ada di bagian dalam ruang, dan lain sebagainya.
“Ini juga yang membedakan desainer interior dengan arsitektur. Kalau arsitektur menata bagian luar dan skalanya dari sentimeter ke meter, desainer interior itu menata bagian dalam ruang dan skala yang diperhitungkan dari milimeter ke sentimeter. Lebih spesifik dan detail dalam urusan bangunan,” katanya.
Menurut Agam, seorang desainer interior harus memahami desain secara fungsional dan emosional. Desain interior tak hanya berbicara soal kegunaan langsung dari produk interior yang digunakan tetapi juga soal emosi yang bisa didapatkan dengan desain tertentu.
Oleh sebab itu, menurutnya desainer interior harus memiliki kepekaan dalam hal desain. Maksudnya, peka terhadap bentuk suatu produk, apakah benda itu memiliki proporsi yang sudah tepat dan juga peka terhadap warna, apakah warna yang digunakan terlalu kontras atau tidak.
Tak hanya kepekaan, Agam menuturkan desainer interior juga perlu memiliki ciri khas dalam desain yang dibuat. Ciri ini akan berbeda dari setiap pelakunya berdasarkan referensi dan minat masing-masing, “Desainer itu harus ada cirinya, punya garis yang kuat,” ujarnya.
Ciri khas tersebut juga lah yang dinilainya akan menjadi modal branding kepada pengguna jasa. Menurutnya, dengan perkembangan teknologi dan munculnya berbagai platform digital, desainer interior bisa menjangkau pasar yang lebih luas saat ini.
Namun demikian, tak gampang memang membangun citra diri sebagai seorang desainer interior. Agam menjelaskan, lulusan baru jurusan desain interior perlu bekerja beberapa tahun di kantor konsultan desain.
Waktu tersebut digunakan untuk mengenal pekerjaan lapangan atau proyek, membangun jaringan dengan berbagai mitra seperti pengguna jasa, penyuplai, kontraktor, dan sebagainya serta membentuk portofolio proyek.
Baru setelah memiliki sejumlah portofolio, seorang desainer interior bisa mempromosikan jasa berdasarkan proyek-proyek yang telah dikerjakan, “Tinggal bagaimana preferensi pengguna jasanya apakah cocok atau tidak. Tapi tetap desainer juga harus terus mengembangkan ide desain yang menarik dan inovatif,” tandasnya.