Bisnis.com, JAKARTA - Menjaga kesehatan kulit tetap harus dilakukan sekalipun dalam masa pembatasan sosial.
Dokter spesialis kulit dari Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta, Arini Astasari Widodo mengatakan kulit dapat tetap sehat dengan perawatan sendiri di rumah. Adanya, dengan menggunakan pelembab segera setelah mandi, kemudian menggunakan lip balm pada bibir.
Lalu, menggunakan tabir surya dan krim malam. "Sesekali pakai masker sesuai jenis kulit," ujarnya dalam sebuah diskusi online.
Ya, walaupun di rumah saja, menggunakan tabir surya tetap dianjurkan untuk menangkal sinar ultraviolet (UV) yang masuk ke dalam rumah. "Ada kaca dengan filter UV, ada yang tidak. Kebanyakan kaca jendela dengan filter hanya menyaring sinar UVB, tetapi tidak sinar UVA," sebutnya.
UVA merupakan sinar yang dapat memicu penuaan kulit dan pigmentasi kulit (kulit menggelap dan timbul flek wajah). Sedangkan UVB merupakan sinar yang memicu sunburn (kulit merah terbakar matahari) dan berguna untuk pembentukan vitamin D. UVA dan UVB berlebihan dapat memicu kanker kulit.
Oleh karena itu, penggunaan tabir Surya tetap diperlukan. Apalagi selama work from home, banyak orang menatap layar komputer, laptop, TV, dan handphone. Sinar biru atau blue light yang dipancarkan dari perangkat elektronik tersebut berpotensi meningkatkan radikal bebas, yang dapat menyebabkan penuaan kulit, walaupun hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Arini menerangkan blue light sebenarnya berguna pada siang hari, karena membantu meregulasi konsentrasi dan mood. Namun pajanan blue light pada malam hari dapat mengganggu hormon melatonin (untuk tidur), dan ada kemungkinan dapat meningkatkan risiko obesitas, diabetes.
Oleh sebab itu, agar mendapatkan proteksi juga terhadap UVA dan blue light, Arini menyarankan dapat menggunakan physical sunblock (tabir surya fisik), yaitu yang biasanya dituliskan “broad spectrum” (dapat menangkal UVA dan UVB). "Umumnya tabir surya jenis ini mengandung zinc oxide atau titanium dioxide," tukasnya.
