Bisnis.com, JAKARTA – Sejak 2 bulan terakhir, proses belajar mengajar dilakukan di rumah melalui format daring atau virtual schooling, demi untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona Covid-19.
Fenomena ini memunculkan kesadaran baru bagi para orang tua akan beragam tantangan dalam proses kegiatan belajar mengajar yang selama ini dilalui seorang guru untuk mengupayakan agar anak-anak mampu memahami pelajaran dengan baik.
Tema “Belajar dari Covid-19” yang diangkat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada Hardiknas ini juga menjadi momentum pembelajaran bersama bahwa keberhasilan seorang anak dalam belajar bukan hanya menjadi tugas guru di sekolah, tetapi juga membutuhkan kolaborasi orang tua dan anak.
Untuk mendukung keberhasilan pembelajaran tersebut perlu adanya kolaborasi dan sinergi antara orang tua dan sekolah atau guru dalam menemukan gaya belajar anak sehingga mampu menghadirkan kegiatan belajar mengajar yang menarik bagi anak usia sekolah dasar.
Psikolog Anak Jovita Maria Ferliana mengatakan ada banyak gaya belajar anak, mulai dari auditori, visual, hingga kinestetik. Menurutnya, anak yang memiliki gaya belajar kinestetik akan lebih menyukai aktivitas pembelajaran yang aktif, bergerak, dan lewat sebuah permainan.
Berbeda halnya dengan gaya belajar anak auditori yang lebih menyukai ketenangan karena dia akan lebih mudah memahami lewat mendengarkan. Sementara itu, anak dengan gaya belajar visual akan lebih mudah belajar dengan mengenali gambar, grafik, dan diagram.
“Dengan memahami gaya belajar spesifik dari sang anak, akan memudahkan orang tua untuk mendukung mereka menerima dan menangkap pelajaran. Apalagi di masa virtual schooling, yang mana orang tua menjadi pendamping dan jembatan antara guru dan murid selama masa pengajaran,” tuturnya, dalam keterangan pers yang diterima Bisnis, Kamis (28/5/2020).
Seiring menghabiskan waktu bersama anak, secara tidak langsung orang tua akan dapat memahami gaya belajar anak. Namun, orang tua tidak bisa memaksakan anak mengikuti cara mereka apalagi generasi alpha saat ini cenderung memiliki karakteristik belajar yang independen, inovatif, dan berbasis teknologi.
“Selain itu, perlunya menanyakan kesulitan yang dihadapi dan juga melakukan komunikasi antarorang tua dan guru, selaku tenaga pendidik yang sehari-hari mengajarkan anak secara langsung,” tambahnya.
Gisella Anastasia, public figure yang juga orang tua dari Gempita, mengatakan selama masa virtual schooling ini dirinya benar-benar disadarkan mengenal pentingnya mengenal gaya belajar Gempi.
“Selama ini perkembangan Gempi di sekolah sudah baik. Dan dengan mengetahui gaya belajar Gempita yang lebih menyukai kegiatan belajar yang berhubungan dengan seni dan sensorial saya dapat mendukung kegiatan belajar mengajar yang saat ini dilakukan melalui virtual schooling,” tuturnya.
Menurutnya, dengan memahami gaya tersebut, kegiatan belajar jadi lebih menyenangkan bagi anak dan tetap efektif, apalagi dengan adanya peranan aktif saya sebagai orang tua untuk bisa berkolaborasi dengan para guru.
Mustafa Guvercin, School Director of Sampoerna Academy, mengatakan setiap anak adalah unik dan membutuhkan pendekatan yang berbeda satu dengan lainnya. Untuk itulah, pihaknya berkomitmen agar masing-masing anak mendapatkan pengajaran yang optimal.
“Kami ingin mengajak lebih banyak orang tua untuk memahami pentingnya sinergi ini agar dapat berpartisipasi aktif, terutama dalam masa virtual schooling. Ini usaha kami dari pihak sekolah untuk dapat terus menghadirkan kegiatan belajar mengajar yang efektif, karena virtual schooling yang kami lakukan telah menunjukan hasil positif melalui tingginya tingkat kehadiran siswa hingga 90%.”
Dia berharap sinergi antara orang tua, guru dan anak akan terus menjadi The New Normal untuk dapat terus menghadirkan kegiatan belajar mengajar yang semakin efektif, sehingga menghasilkan anak-anak yang berhasil, baik secara akademis maupun secara karakter.
Sampoerna Academy merupakan sekolah intercultural yang menawarkan pendidikan holistik dari jenjang prasekolah hingga menengah atas dengan pendekatan kurikulum internasional yang disesuaikan di setiap tingkatan (IEYC, Cambridge dan IBDP) yang didukung metode pembelajaran STEAM (science, technology, engineering, arts dan mathematics).
Melalui metode pembelajaran ini, setiap murid bukan hanya mendapatkan ilmu akademik namun juga terbentuk critical thinking, communication, collaboration, creativity dan character untuk mempersiapkan mereka menjadi generasi yang siap bersaing di masa depan.