Ilustrasi - Mobil Toyota Rush di Pajang saat pameran Indonseia International Motor Show 2018 di Jakarta, Minggu (22/4/2018)./Bisnis-Abdullah Azzam
Entertainment

Tantangan Bisnis MICE di Era Normal Baru: High Cost, Less Profit!

Gloria Fransisca Katharina Lawi
Sabtu, 13 Juni 2020 - 20:39
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Bisnis meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE) masih akan dihadapkan tantangan berarti pada masa new normal atau normal baru, setelah terpukul pada masa pembatasan sosial.

Pelaku industri MICE dinilai harus berjibaku dengan normal baru yang membuat biaya operasional kian tinggi dengan profit yang tak seberapa.

Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (Asperapi) Hosea Andreas Runkat. Menurutnya, pandemi Covid-19 membuat semua acara dan proyek terunda atau dibatalkan sehingga menimbulkan kerugian besar bagi semua perusahaan MICE.

Berdasarkan dialog sementara Asperapi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan Dinas Pariwisata pemerintah daerah, dalam waktu dekat sejumlah kegiatan pameran dan konferensi bisa diaktifkan kembali dengan menerapkan protokol kesehatan.

Namun, dia memprediksi era normal baru tidak akan langsung memberi imbas positif pada industri MICE. 

"Sayangnya, penerapan protokol kesehatan akan mengerus keuntungan yang selama ini didulang perusahaan MICE," ungkap Andreas saat dihubungi Bisnis, Jumat (12/6/2020).

Keramaian sebagai ciri kesuksesan pameran selama masa normal baru harus melalui proses penyesuaian yang menurut Andreas akan membebani biaya operasional. Sebagai contoh, sambung dia, kapasitas pameran paling banyak hanya 35 persen.

Kendati begitu, Andreas menyebut pilihan ini tak terhindarkan dibandingkan pebisnis harus berdiam dan membatalkan semua proyek.

“Jadi mau tak mau ada penyesuaian kapasitas penngunjung per jam. Artinya, kami perlu menambah jam operasional pameran dan hari pameran, tanpa perlu mengurangi target pengunjung,” jelas dia. 

Di samping penyediaan fasilitas kesehatan, salah satu syarat protokol kesehatan yang wajib adalah pengunjung harus mendaftar secara online sebelum masuk pameran. Dengan demikian, registrasi masuk ke pameran secara langsung akan ditiadakan.

Pendaftaran secara online ini penting menurut Andreas guna mengendalikan jumlah pengunjung, serta mendata dengan lengkap semua orang yang pernah masuk ke pameran.

“Ini bagian dari upaya memudahkan tracing juga ke depannya, jadi siapapun yang pernah masuk ke pameran bisa diketahui dan kalau terjadi sesuatu bisa mudah dilacaknya,” ujar Andreas.

Tak hanya pembatasan pengunjung, jumlah tenant dan petugas tenant pameran akan dibatasi untuk bisa memberikan ruang yang lebih bebas dan berjarak. Okupansi tenant pun mau tak mau tak bisa sama seperti pameran sebelumnya.

Dengan begitu, jelas Andreas, salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah dengan memberi jadwal tiap tenant. Selain itu, pameran juga bisa dialihkan secara virtual bagi pengunjung yang tidak memiliki kepentingan khusus.

“Kalau cara begini memang high cost dan less profit. Namun di sisi lain positifnya, ini jadi lebih efektif. Karena orang yang mau datang ke pameran sudah pasti orang yang punya kepentingan untuk mencari dan membeli sesuatu bukan sekadar jalan-jalan,” tuturnya.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro