Bisnis.com, JAKARTA – Pandemi virus corona baru atau Covid-19 di seluruh dunia masih berlangsung. Kendati di beberapa negara sudah menunjukkan penurunan jumlah kasus, para ahli tetap memperingatkan risiko nyata gelombang kedua pandemi.
Banyak ahli mengatakan kemungkinan adanya gelombang kedua Covid-19 terletak pada bagaimana upaya pembatasan sosial atau lockdown dilonggarkan di sebuah wilayah. Anthony Fauci, Ahli Ilmunologi White House mengutarakan hal tersebut sejak pandemi sedang mencapai puncaknya.
“Saya ingin masyarakat benar-benar menghargai bahwa hal itu [gelombang kedua] bisa terjadi. Bagaimana kita menanganinya akan menentukan nasib kita sendiri,” katanya.
Sementara ahli lainnya lebih skeptis tentang kemungkinan pandemi lanjutan pada musim dingin. Hugh Pennington Profesor Bakteriologi Emeritus dari University of Aberdeen menyebut bahwa tidak ada bukti untuk menyarankan gelombang kedua akan datang.
Sejumlah pihak khawatir Covid-19 bakal kembali memuncak pada musim dingin di beberapa wilayah negara yang mengalami. Seperti flu yang naik turun bergelombang-gelombang, khususnya pada musim dingin.
Dia mengutip fakta bahwa tidak ada gelombang kedua yang menyerupai flu di China, Korea Selatan, atau Selandia Baru yang sudah ‘lolos’ dari pandemi lebih lama. DIa juga menarik garis paralel dengan virus corona lain seperti SARS yang tidak pernah memiliki gelombang kedua.
Virus mematikan lainnya di abad ke-21, seperti SARS atau MERS, setidaknya hingga saat ini tidak menunjukkan adanya kebangkitan gelombang kedua. Adapun, flu babi yang telah menjadi epidemi parah di Eropa memiliki gelombang kedua yang jauh lebih parah dari episode pertamanya.
Namun demikian, ahli lain mengatakan bahwa gelombang kedua Covid-19 adalah sesuatu yang masuk akal dan mungkin terjadi. Dalam sebuah surat terbuka di jurnal BMJ, sejumlah pemimpin kesehatan telah menyerukan pemimpin politik di Inggris untuk segera mempersiapkan kemungkinan tersebut.
“Walaupun bentuk pandemi di masa depan sulit diprediksi, bukti yang tersedia menunjukkan bahwa gejolak lokal semakin besar dan gelombang kedua risiko ini nyata. Banyak elemen yang perlu disiapkan untuk mengatasi virus.” Kata para peneliti tersebut.
David King, Mantan Penasihat Pemerintah Inggris dan Pendiri Scientific Advisory Group for Emergencies juga mengatakan bahwa pemerintah Inggris telah mengurangi upaya penguncuan terlalu dini, sehingga berisiko terjadi peningkatan kasus.
Dia menilai, semakin cepat pemerintah membatalkan kuncian yang diterapkan, perekonomian memang bisa makin cepat pulih. Akan tetapi, pada saat ini pemerintah harusnya masih belum membatalkan lockdown ketika jumlah kasus infeksinya masih tinggi.
Sementara itu Andrea Ammon, Direktur European Center for Disease Prevention and Control mengatakan bahwa Eropa secara umum harus mempersiapkan diri menghadapi gelombang kedua dari penyakit Covid-19.
“Pertanyaannya adalah kapan dan seberapa besar akan terjadi? ... Saya tidak ingin membuat gambaran soal bencara besar, tetapi saya pikir kita harus realistis. Ini bukan saatnya untuk benar-benar bersantai,” tandasnya.