Samarium 153 EDTMP. Sumber: Batan
Health

Samarium, Inovasi Batan Untuk Terapi Kanker

Lukas Hendra TM
Sabtu, 4 Juli 2020 - 08:31
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA—Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) melakukan inovasi dengan Samarium untuk terapi paliatif kanker. Inovasi tersebut masuk Top 99 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik.

Samarium untuk terapi paliatif kanker (SUNTIK) merupakan inovasi layanan publik dari Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR).

Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Anhar Riza Antariksawan mengungkapkan inovasi layanan ini merupakan bagian upaya BATAN dalam menghilirkan produk obat berupa radioisotop yakni Samarium yang bermanfaat untuk mengurangi rasa sakit berlebihan pada penderita kanker stadium lanjut.

“Samarium dapat menggantikan morfin yang selama ini digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada penderita kanker. Dengan Samarium, memungkinkan para penderita kanker dengan stadium lanjut dapat terus melakukan aktivitas sehari-hari tanpa terhalang oleh rasa sakit yang berlebihan,” katanya seperti dikutip dari laman resmi BATAN, Rabu (1/7/2020).

Sementara itu, Kepala PTRR Rohadi Awaludin mengatakan ide tersebut berawal dari kenyataan bahwa angka kejadian kanker di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat dari 1,4/1000 penduduk pada tahun 2013 menjadi 1,8/1000 penduduk pada tahun 2018. Mayoritas penderita kanker di Indonesia terdeteksi sudah pada stadium lanjut.

“Berdasarkan data WHO bahwa penderita kanker pada stadium lanjut sebanyak 66% atau 2/3 mengalami nyeri akibat kanker yang telah metastasis ke tulang, sehingga mereka memerlukan pereda nyeri untuk meningkatkan kualitas hidup mereka,” katanya.

Selama ini, lanjutnya, pereda nyeri yang digunakan adalah morfin. Namun, penggunaan morfin akan berdampak mengganggu kesadaran dan memberikan efek ketagihan. Padahal, morfin ini tidak mampu bertahan lama, maka harus diberikan setiap hari.

Oleh karena itu, BATAN memproduksi samarium untuk pengganti morfin sebagai pereda nyeri pada penderita kanker yang sudah bermestatasis ke tulang.

“Dengan samarium bisa meredakan nyeri dalam waktu yang lama dan efek sampingnya sangat ringan,” katanya.

Inovasi SUNTIK sebenarnya sudah dimulai sejak 2017 dan terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun baik dari segi penggunaan maupun jumlah rumah sakitnya. Rumah sakit yang menggunakan Samarium pada 2017 sebanyak 2 rumah sakit meningkat menjadi 4 rumah sakit pada 2018 dan 5 rumah sakit pada tahun 2019.

Menurut Rohadi, keberhasilan inovasi ini tidak terlepas dari dukungan beberapa pihak diantaranya PT. Kimia Farma, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia sebagai pengguna inovasi ini, dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir.

Dia berharap penggunaan samarium mampu memberi harapan baru kepada para penderita kanker khususnya stadium lanjut.

“Samarium yang diinjeksikan kepada penderita kanker dapat meredakan rasa sakit dalam waktu yang lama sehingga dapat menjalani aktivitas sehari-hari secara normal sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya,” ujarnya.

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro