RSPAD Gatot Soebroto melakukan uji terapi plasma darah untuk pasien Covid-19. JIBI/Bisnis-Nancy Junita
Health

Terapi Plasma Darah Butuh Transparansi Data Survivor Covid-19

Gloria Fransisca Katharina Lawi
Kamis, 10 September 2020 - 17:24
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Aplikasi donor darah, Reblood, mengakui pentingnya keterbukaan data penyintas atau pasien sembuh Covid-19 agar bisa menambah pasokan plasma darah dalam proses penyembuhan penderita Covid-19.

CEO Reblood, Leonika Sari Njoto menyatakan tugas start-up kesehatan selama pandemi adalah menciptakan solusi bisnis dan kesehatan. Secara umum, start-up seperti Reblood pun cukup banyak terdampak dari sisi pendapatan. Meski demikian, peluang yang terbuka selama pandemi ini juga cukup banyak sehingga bisa menjadi solusi untuk bertahan hidup.

Salah satu yang dilakukan adalah dengan memberi solusi membantu menurunkan infeksi penularan Covid-19. Cara termudah yang bisa dikerjakan oleh Reblood selaku perusahaan perintis bidang donor darah adalah dengan membantu mengumpulkan user dari golongan pasien sembuh atau penyintas Covid-19.

Sayangnya, sampai saat ini jumlah pasien yang sembuh belum semua tergabung dalam user Reblood dan bisa terdata untuk mendonorkan plasma darahnya dalam pengobatan Covid-19.

“Sampai sekarang user yang survivor ini masih sedikit sekali. Kami pun kesulitan mendapatkan data pasien sembuh, maka saya menilai dan usulkan penting bagi Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan setiap daerah untuk membantu stakeholder mengakses data itu,” ujar Leonika kepada Bisnis, Kamis (10/9/2020).

Dia menyatakan data jumlah survivor di Indonesia yang terakses hanya sebatas data jumlah saja dan sebaran di Indonesia. Padahal data tersebut bisa efektif untuk dimanfaatkan bagi penerapan pengobatan plasma darah.

“Jadi kalau bisa lintas instansi koordinasi dan lebih cepat dalam memanfaatkan plasma darah dari survivor ini agar audiens penerima juga lebih tepat sasaran,” ungkapnya lagi.

Asal tahu saja, selama pandemi Covid-19, pasokan darah dari para pendonor di seluruh Indonesia sedang menurun. Ada banyak penyebabnya, salah satunya karena sedikitnya akses kegiatan sosial, karantina dan pembatasan sosial. Alhasil penurunan pasokan darah berkisar antara 70 persen sampai 80 persen.

Sementara pada sisi lain kebutuhan donor darah khususnya plasma itu meningkat, karena dengan plasma darah itu terapi menyembuhkan pasien Covid-19 dengan transfusi plasma darah yang sudah ada antibodi dari para penyintas.

Untuk mengatasi pasokan yang terkendala, Reblood pun mencoba cara baru dengan mengontak secara pribadi setiap user aplikasi melalui WhatsApp untuk mengundang mereka melakukan donor darah.

Cara ini terbukti cukup baik untuk menaikkan angka pasien yang sembuh dari Covid-19. Salah satu contohnya terjadi di Surabaya, Jawa Timur sebagai kota dimana kantor pusat dan Reblood didirikan.

“Di Surabaya mulai meningkat angka pendonornya. Kami selalu bantu setiap dapat informasi kebutuhan darah langsung aplikasi kami akan mengirimkan pesan notifikasi ke semua akun,” terangnya.

Uniknya, selama pandemi meski pasokan berkurang jumlah user aplikasi Reblood justru meningkat. Adapun kenaikan jumlah user aplikasi naik dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

“Biasanya kenaikan per tahun hanya 10 persen, atau 25 persen. Sekarang sampai 100 persen. Kami kira orang sekarang tak terlalu berani mendonor tapi kalau misal kita buat acara donor dengan bantuan sponsor, ada doorprize, sejenisnya, ternyata bisa menarik user bergabung ke aplikasi,” ujarnya.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro