Bisnis.com, JAKARTA – Virus corona baru terkait mink atau cerpelai (mink-related coronavirus)kini telah dikonfirmasi di lebih dari 200 orang di Denmark. Infeksi ini telah memicu pemusnahan sekitar 17 juta cerpelai di negara tersebut.
Akibat dari fenomena itu, sejumlah negara sekarang telah memberlakukan larangan langsung pada pengunjung dari Denmark, di tengah kekhawatiran penularan. Namun, apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa hal ini berbahaya bagi manusia?
Apa itu virus corona terkait mink?
Jenis virus corona terkait hewan mungil itu telah diidentifikasi di Denmark. Menurut World Health Organization (WHO), hewan mink terinfeksi virus setelah terpapar dari manusia yang juga mengalami infeksi.
Dilansir dari Express UK, Selasa (10/11/2020) hewan itu dapat bertindak sebagai reservoir Covid-19, menyebarkan virus di antara mereka, dan menimbulkan risiko penyebaran virus dari hewan ke manusia.
Orang yang terinfeksi virus yang bermutasi ini kemudian juga dapat menularkan virus ke manusia lainnya dan dapat terjadi spillback ke populasi manusia. Strain dikaitkan dengan cerpelai yang dibudidayakan dan mencakup 12 kasus dengan varian unik.
Semua kasus diidentifikasi pada September lalu di Jutlandia Utara, Denmark. Kasus-kasus tersebut terkait dengan orang yang berusia antara 7-79 tahun. 8 kasus di antaranya terkait dengan industri peternakan, sementara 4 kasus sisanya berasal dari masyarakat sekitar.
Dilaporkan bahwa Denmark saat ini telah menemukan versi virus corona terkait mink pada 214 manusia. Laporan yang dipublikasikan di situs Web Staten Serum Institute menunjukkan strain yang paling mengkhawatirkan hanya ditemukan pada 12 orang di lima peternakan cerpelai.
Pada pekan lalu, sebagai tanggapan atas data baru, Denmark mengumumkan rencana untuk memusnahkan sekitar 17 juta cerpelai di 1.139 peternakan yang ada di negara itu, dalam rangka menghentikan penyebaran virus corona yang bermutasi.
Denmark telah menemukan beberapa strain di sekitar 2017 peternakan dengan infeksi menyebar di semenajung barat Jutlandia. Sejauh ini, enam negara telah melaporkan kasus virus corona terkait cerpelai termasuk Belanda, Spanyol, Swedia, Italia, dan Amerika Serikat.
Apakah virus corona terkait mink berbahaya?
WHO mengatakan laporan tentang virus corona ini mengkhawatirkan, tetapi masih perlu penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan tingkat risikonya. Sejauh ini, lembaga itu menyatakan virus yang bermutasi tidak lebih berbahaya atau menular dibandingkan jenis virus lainnya.
Namun, para ahli mengatakan bahwa mutasi bisa kurang efektif ditangani oleh vaksin masa depan. Para pakar juga prihatin tentang mutasi yang kurang sensitif terhadap antibodi sehingga akan menyulitkan pengecekan dan pengobatan.
Pekan lalu, Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen mengatakan bahwa situasi yang dialami negaranya terkait dengan fenomena ini sangat serius dan dapat membahayakan upaya untuk mengembangkan vaksin.
“Kami memiliki tanggung jawab besar terhadap populasi kami sendiri, tetapi dengan mutasi yang sekarang ditemukan, kami juga memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk seluruh dunia,” ujarnya.
WHO melalui situs webnya menyatakan hal-hal semacam ini, yakni ketika virus hewan apa pun menyebar ke populasi manusia atau populasi hewan dapat berkontribusi memperkuat dan menyebarkan virus, perlu menjadi perhatian.
Pernyataan itu berlanjut bahwa saat virus berpindah antara populasi manusia dan hewan, modifikasi genetik pada virus dapat terjadi. Perubahan ini dapat diidentifikasi melalui pengurutan seluruh genom dan setelah ditemukan, eksperimen dapat mempelajari kemungkinan implikasi penyakitnya pada manusia.
Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan pihaknya akan menunggu dan melihat apa implikasi yang bisa ditimbulkan. “Tapi saya tidak berpikir kira harus mengambil kesimpulan apa pun tentang apakah mutasi khusus ini akan memengaruhi kemanjuran vaksin,” katanya.