Bisnis.com, JAKARTA – Produsen obat Amerika Serikat Pfizer dan perusahaan bioteknologi Jerman BioNTech diprediksi bakal menghasilkan hampir US$13 miliar atau sekitar Rp184 triliun dalam penjualan global dari vaksin virus corona pada tahun depan.
Dilansir dari The Guardian, Kamis (12/11/2020) hal tersebut merujuk pada analis di bank investasi Morgan Stanley. Angka tersebut dua kali lipat lebih besar dari produk terlaris perusahaan tersebut pada tahun lalu, yakni vaksin pneumonia yang menghasilkan US$5,8 miliar atau sekitar Rp82 triliun.
Pfizer telah setuju untuk memasok 100 juta dosis vaksin ke Amerika Serikat dengan harga US$39 atau sekitar Rp550.000 untuk dua suntikan. Atau US$19,5 per dosis dengan opsi untuk memasok 500 juta dosis di bawah ketentuan baru. Uni Eropa telah memesan 200 juta dosis, sementara Inggris sebanyak 40 juta dosis vaksin.
Sementara pembuat vaksin lain telah berjanji untuk tidak mengambil keuntungan dari vaksin mereka selama pandemi, Pfizer mengambil sikap yang berbeda. Mereka memperlakukannya sebagai peluang komersial.
Perusahaan tersebut juga menolak pendanaan penelitian dari pemerintah Amerika Serikat di bawah program vaksin Operation Warp Speed dan menggunakan hampir US$2 miliar dana sendiri sebagai ganti untuk mengembangkan vaksin Covid-19.
Namun, BioNTech yang berbasis di Mainz, Jerman dilaporkan menerima €375 juta atau sekitar Rp6,2 triliun dari pemerintah Jerman dan pinjaman €100 juta atau Rp1,6 triliun dari Bank Investasi Eropa terkait pengembangan vaksin virus corona baru.
Produsen obat saingan dari Amerika Serikat Johnson & Johnson, bersama dengan AstraZeneca yang mengembangkan vaksin virus corona dalam kemitraan dengan University of Oxford, telah berjanji menyediakan vaksin mereka secara nirlaba selama pandemi.
AstraZeneca mematok harga vaksin kepada pemerintah sekitar US$3 sampai US$5 per dosis, juga mengatakan bahwa negara-negara berpenghasilan rendah akan menerima vaksin dengan biaya yang sama.
Perusahaan bioteknologi Amerika Serikat lainnya yakni Moderna telah menerima dana hampir US$1 miliar atau sekitar Rp14,2 miliar untuk dana penelitian dari pemerintah. Mereka menetapkan harga dosis vaksin sekitar US$32 hingga US$37 atau Rp455.000 hingga Rp525.000 untuk sekali suntikan.