Petugas medis merawat pasien yang terinfeksi Virus Corona di Unit Perawatan Intensif (ICU) Rumah Sakit Scripps Mercy, di Chula Vista, California, Amerika Serikat, Selasa (12/5/2020)./Antara-Reuters
Health

3 Alasan Kenapa Covid-19 bisa Sebabkan Silent Hypoxia

Syaiful Millah
Jumat, 20 November 2020 - 13:52
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pandemi Covid-19 masih berlangsung di seluruh dunia. Para ilmuwan masih berupaya memecahkan banyak aspek yang membingungkan tentang bagaimana virus corona baru menyerang paru-paru dan bagian tubuh lainnya.

Salah satu misteri terbesar dan paling mengancam jiwa adalah bagaimana virus menyebabkan silent hypoxia, suatu kondisi ketika kadar oksigen dalam tubuh sangat rendah, yang dapat merusak organ vital secara signifikan dan tidak dapat diperbaiki jika tidak terdeteksi terlalu lama.

Dilansir dari Medical Xpress, Jumat (20/11) berkat model komputer dan perbandingan dengan data pasien yang sebenarnya, insinyur biomedis Boston University dan kolaborator dari University of Vermont mulai memecahkan misteri tersebut.

Meskipun mengalami tingkat oksigen yang sangat rendah, banyak orang yang terinfeksi kasus Covid-19 parah terkadang tidak menunjukkan gejala sesak napas atau kesulitan bernapas. Kemampuan hipoksia untuk menimbulkan kerusakan secara diam-diam adalah alasan mengapa ini disebut silent hypoxia.

Pada pasien virus corona, diperkirakan bahwa infeksi pertama merusak paru-paru, membuat beberapa bagian paru-paru tidak dapat berfungsi dengan baik. Jaringan tersebut kehilangan oksigen dan berhenti bekerja, tidak lagi memasukkan oksigen ke aliran darah, menyebabkan silent hypoxia.

Namuun, Bela Suki, profesor teknik biomedis dari Boston University mengatakan mereka tidak tahu bagaimana hipoksia itu secara fisiologis terjadi. Beberapa pasien virus corona telah mengalami kadar oksigen dalam darah yang tidak sesuai.

Untuk membantu mengetahui penyebab dari silent hypoxia, insinyur biomedis Boston menggunakan pemodelan komputer guna menguji tiga skenario berbeda yang membantu menjelaskan bagaimana dan mengapa paru-paru berhenti menyediakan oksigen ke aliran darah.

Penelitian yang telah dipublikasikan di Nature Communications, mengungkapkan bahwa silent hypoxia kemungkinan disebabkan oleh kombinasi mekanisme biologis yang dapat terjadi secara bersamaan di paru-paru pasien Covid-19,

Jacob Herrmann, peneliti postdoctoral associate di Suki's Lab mengatakan biasanya paru-paru melakukan tugas pertukaran gas yang menopang kehidupan, menyediakan oksigen ke setiap sel dalam tubuh saat kita menghirup dan membersihkan karbon dioksida setiap kali kita mengeluarkan napas.

Paru-paru yang sehat menjaga agar darah tetap teroksigenasi pada tingkat antara 95 dan 100 persen. Jika turun di bawah 92 persen, itu memprihatinkan dan dokter mungkin memutuskan untuk campur tangan dengan oksigen tambahan.

Para peneliti pertama kali melihat bagaimana Covid-19 memengaruhi kemampuan paru-paru untuk mengatur kemana darah diarahkan. Biasanya, jika area paru-paru tidak mengumpulkan banyak oksigen karena kerusakan akibat infeksi, pembuluh darah akan menyempit di area tersebut.

Ini sebenarnya adalah hal baik yang dilakukan paru-paru, karena memaksa darah mengalir melalui jaringan paru-paru yang penuh dengan oksigen, yang kemudian diedarkan ke seluruh tubuh.

Tetapi data klinis awal menunjukkan bahwa paru-paru beberapa pasien Covid-19 telah kehilangan kemampuan untuk membatasi aliran darah ke jaringan yang sudah rusak dan berpotensi membuka lebih banyak pembuluh darah.

Menggunakan model paru-paru komputasi, Herrmann, Suki, dan tim menguji teori itu, mengungkapkan bahwa agar kadar oksigen darah turun ke tingkat yang diamati pada pasien Covid-19, aliran darah memang harus jauh lebih tinggi dari biasanya di daerah paru-paru yang tidak dapat lagi mengumpulkan oksigen.

Selanjutnya, mereka melihat bagaimana pembekuan darah dapat memengaruhi aliran darah di berbagai daerah paru-paru. Ketika lapisan pembuluh darah meradang akibat infeksi Covid-19, gumpalan darah kecil yang terlalu kecil untuk dilihat pada pemindaian medis dapat terbentuk di dalam paru-paru.

Mereka menemukan, dengan menggunakan pemodelan komputer dari paru-paru, bahwa hal ini dapat memicu silent hypoxia, tetapi kemungkinan itu saja tidak cukup untuk menyebabkan kadar oksigen turun serendah tingkat yang terlihat pada data pasien.

Terakhir, para peneliti menggunakan model komputer mereka untuk mengetahui apakah Covid-19 mengganggu rasio normal aliran udara ke darah yang dibutuhkan paru-paru agar dapat berfungsi dengan normal.

Jenis rasio aliran udara ke darah yang tidak sesuai ini adalah sesuatu yang terjadi pada banyak penyakit pernapasan, seperti pada pasien asm. Ini dapat menjadi kontributor yang mungkin untuk hipoksia senyap yang parah yang telah diamati pada Covid-19.

Secara keseluruhan, temuan mereka menunjukkan bahwa kombinasi dari ketiga faktor tersebut cenderung bertanggung jawab atas kasus berat oksigen rendah yang dialami oleh beberapa pasien Covid-19.

Dengan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme yang mendasari ini dan bagaimana kombinasi dapat bervariasi dari pasien ke pasien, dokter dapat membuat pilihan yang lebih tepat tentang merawat pasien dengan menggunakan tindakan seperti ventilasi dan oksigen tambahan.

Sejumlah intervensi saat ini sedang dipelajari, termasuk intervensi teknologi rendah yang disebut posisi rawan dengan membalik perut pasien, yang memungkinkan bagian belakang paru-paru menarik lebih banyak oksigen dan menghilangkan rasio udara-ke-darah yang tidak sesuai.

Penulis : Syaiful Millah
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro