Bisnis.com, JAKARTA – Delapan dokter kulit hitam terkemuka menulis surat bertajuk ‘Love Letter to Black America’ untuk mendorong masyarakat, terkhusus kelompok kulit hitam di Amerika Serikat agar mendapatkan vaksin Covid-19 begitu tersedia.
Dalam jajak pendapat Axios/Ipsos pada Agustus lalu, sebagian besar orang kulit hitam Amerika mengatakan bahwa mereka tidak akan mendapatkan vaksin virus corona generasi pertama setelah vaksin itu tersedia.
Dibandingkan responden kulit putih dan kelompok Latin yang menyatakan bakal menerima vaksin, sekitar 72 persen responden kulit hitam mengatakan mereka tidak akan segera menerima vaksinasi Covid-19.
Selain beberapa skeptisisme umum tentang vaksin, ada faktor historis di antara komunitas kulit hitam tentang eksperimen medis dan vaksin. Banyak yang menunjuk upaya medis dan vaksinasi terhadap mereka tidak fair.
Misalnya pengalaman kasus dari Henrietta Lacks, yang selnya diambil oleh dokter di John Hopkins University tanpa sepengetahuannya untuk eksperimen saat dia meninggal karena kanker. Juga pengalaman pria kulit hitam yang menjadi sasaran studi Sifilis dengan kondisi parah.
Para dokter mengatakan bahwa mereka menyadari ketidak percayaan kolektif tersebut. Untuk membuat komunitas kulit hitam menerima vaksin, mereka harus berbuat lebih banyak supaya mendapatkan kepercayaan itu sekarang dan di masa depan.
“Kami meminta Anda untuk bergabung dengan kami dalam partisipasi uji klinis dan mengambil vaksin setelah terbukti aman dan efektif,” kata pernyataan para dokter, seperti dikutip NBC News, Selasa (24/11/2020).
Mereka menambahkan bahwa peran kolektif dalam membantu menciptakan vaksin yang bekerja untuk orang kulit hitam akan berdampak pada kelangsungan hidup kelompok. Oleh sebab itu, keterlibatan komunitas sangat diperlukan.
“Menghormati tubuh dan kehidupan ‘hitam’ kita harus menjadi nilai inti bagi mereka yang bekerja untuk menemukan vaksin dari virus yang telah mengambil begitu banyak orang yang kita cintai,” imbuh surat tersebut.
Kelompok dokter kulit hitam yang menulis surat tersebut merupakan nama-nama besar dari berbagai unsur, termasuk ketua atau presiden kampus dan universitas, presiden asosiasi perawat kulit hitam, hingga pendiri kelompok pejuang Covid-19.
Kelompok tersebut meminta komunitas kulit hitam untuk membuat mereka bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan sendiri. Mereka juga berbagi peran dalam kerangka keadilan medis dan ras, serta mendorong orang mempraktikkan tindakan pencegahan keselamatan.
“Kami menegaskan Black Lives Matter. Kami mencintai kalian semua. Dan sebagai profesional kesehatan kulit hitam, kami memiliki panggilan yang lebih tinggi untuk membela keadilan rasial dan memperjuangkan kesetaraan kesehatan,” tulis kelompok itu.