Bisnis.com, JAKARTA - Keberadaan vaksin virus corona disambut antusias oleh sejumlah negara, dengan harapan penyebaran penyakit ini bisa ditekan dan terciptanya kekebalan imunitas.
Namun sejumlah negara di Asia tetap mengutamakan kehati-hatian dan merencanakan perhitungan matang untuk melakukan vaksinasi kepada warganya.
Melansir South China Morning Post (SCMP), Selasa (29/12/2020), di Jepang, imunisasi diperkirakan tidak akan dimulai hingga akhir Februari. Badan Farmasi dan Alat Kesehatan Jepang telah menekankan perlunya mengumpulkan data tentang subjek di negara tersebut daripada hanya mengandalkan hasil uji coba di luar negeri.
Sementara perdana Menteri Scott Morrison telah mengesampingkan aspek terburu-buru untuk mengizinkan suntikan Pfizer-BioNTech ketika negara tersebut memiliki "kursi baris depan" untuk memantau perkembangan di Inggris dan AS. Mereka ingin ada keyakinan penuh dan mutlak pada setiap vaksin.
Vietnam, salah satu kisah sukses utama Asia dengan hanya 35 kematian akibat Covid-19, telah berjanji untuk memprioritaskan upaya penahanan virus, dan telah mendaftar untuk mendapatkan vaksin dari Rusia dan Inggris.
Sedangkan Singapura pada 14 Desember kemarin menjadi negara Asia pertama yang menyetujui suntikan Pfizer-BioNTech, yang telah melaporkan keefektifan 95 persen dalam uji coba tahap akhir. Vaksinasi Covid-19 akan dimulai pada 30 Desember, dengan petugas kesehatan di Pusat Nasional untuk Penyakit Menular (NCID) yang pertama menerima dosis.
"Sentimen anti-vaksinasi kemungkinan akan kecil, terutama di Asia, mengingat gangguan pekerjaan dan kehidupan oleh Covid-19 telah sangat besar di seluruh dunia," ujar John Siu Lun Tam dari Universitas Politeknik Hong Kong.
Sejauh ini vaksin dari Moderna dan Oxford/AstraZeneca masih menunggu persetujuan walaupun masing-masing telah menunjukkan efektivitas 95 persen dan 62 hingga 90 persen. Sedangkan Sinovac yang telah mengklaim hasil yang menjanjikan, belum merilis temuan dari fase ketiga.