Bisnis.com, JAKARTA - Paramedis makin mengalami kesulitan untuk menemukan rumah sakit bagi pasien dengan kondisi darurat di tengah lonjakan penularan virus corona di Jepang.
Melansir Perusahaan Penyiaran Jepang (Nippon Hoso Kyokai/NHK) pada Kamis (21/1/2021), Badan Manajemen Kebakaran dan Bencana Jepang meminta kepada 52 departemen kebakaran di negara tersebut untuk melaporkan kasus setiap pekan, mengenai petugas harus mengontak empat atau lebih rumah sakit sebelum menemukan satu rumah sakit yang mau menerima pasien yang dibawa ambulans.
Badan itu menyebutkan ada 3.317 kasus semacam itu di Jepang dalam satu pekan hingga Minggu (17/01/2021). Jumlah itu meningkat 610 dibandingkan minggu sebelumnya dan merupakan peningkatan ke-7 berturut-turut sejak akhir November 2020.
Berdasarkan kawasan, Departemen Kebakaran Tokyo menemukan 1.577 kasus seperti itu selama minggu tersebut, meningkat sekitar 2,5 kali lipat dari periode yang sama tahun lalu. Departemen Kebakaran Osaka mengalami peningkatan 1,8 kali lipat, Yokohama bertambah 3,9 kali lipat, Kawasaki naik 4,3 kali lipat, dan Nagoya 4,2 kali lipat lebih banyak.
Pejabat badan tersebut mengatakan tempat tidur rumah sakit cepat penuh seiring dengan penyebaran virus yang berlanjut. Para pejabat mengatakan mereka berbagi informasi dengan Kementerian Kesehatan dan pemerintah kota serta meminta mereka bekerja sama dalam menyediakan lebih banyak tempat tidur rumah sakit.
Kekhawatiran kewalahannya sistem perawatan medis muncul saat pasien di rumah sakit di Tokyo melampaui 1.800 untuk pertama kalinya sepekan lalu Jumlahnya mencapai rekor untuk tiga hari berturut-turut.
Ranjang rumah sakit yang disediakan oleh Pemerintah Metropolitan telah terisi lebih dari 70 persen. Jumlahnya mendekati rekor 71,3 persen saat gelombang kedua virus korona melanda Tokyo pada musim panas lalu.
Pemerintah Metropolitan meminta institusi-institusi medis untuk menambah jumlah ranjang menjadi 3.000 dengan menyediakan 360 ranjang tambahan, termasuk 50 bagi pasien dengan kondisi serius.
Otoritas pemerintah berencana untuk mengatasi kekurangan ranjang dengan menggunakan sejumlah tempat penginapan untuk orang-orang tanpa gejala atau yang bergejala ringan.