Bisnis.com, JAKARTA - Pasien hipertensi wajib mengontrol tekanan darahnya. Jika tidak, mereka akan mengalami konsekuensi serius berupa kematian akibat penyakit kardiovaskular seperti jantung koroner, pembengkakan jantung, dan gagal jantung.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Pringgodigdo Nugroho menerangkan untuk mencapai tekanan darah yang ditetapkan yaitu 140/90 mmHg, lebih dari 75 persen pasien hipertensi embutuhkan dua atau lebih obat.
"Jadi hampir 75 persen pasien membutuhkan 2 atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah," sebutnya beberapa waktu lalu.
Guideline international, European Society of Hypertension (ESH) pada 2013 menganjurkan dua kombinasi obat pada pasien tekanan darah tinggi dengan risiko kardiovaskular yang tinggi. Namun pada 2018 ESH mengeluarkan pedoman baru bahwa untuk pasien hipertensi awal, dianjurkan kombinasi 2 obat kecuali untuk usia lanjut. Kombinasi 2 obat juga berlaku unuk pasien hipertensi grade 1 dengan risiko kardiovaskular yang rendah. ESH juga menganjurkan kombinasi obat antihipertensi dalam satu pil dan merekomendasikan algoritma pengobatan yang dipermudah.
Pedoman ESH terbaru yakni 2020 menganjurkan pengobatan optimal dimulai dari kombinasi dua obat dengan dosis rendah. Mereka juga menganjurkan kombinasi obat yang dijadikan satu pil.
Pringgodigdo menuturkan kombinasi memberikan efek antihipertensi yang tinggi karena menggabungkan dari obat-obatan yang ada terhadap mekanisme dari hipertensi, sehingga membuat power yang lebih tinggi dan menyebabkan proteksi yang besar terhadap organ target. Selain itu, pengobatan kombinasi bisa mengobati pasien hipertensi yang sedang dan berat dengan mengurangi variabilitas tekanan darah.
"Kombinasi obat anti hipertensi akan meningkatkan efikasi. Dengan memberikan terapi kombinasi dibandingkan menambah dosis obat, itu menurunkan tekanan darah 5 kali lebih efektif," jelasnya.
Dengan terapi kombinasi, kerusakan target organ juga bisa diturunkan lebih besar dibandingkan pengobatan monoterapi. Faktor yang menyebabkannya karena treatment inersia bisa dikurangi dan efek samping obat bisa diminimalisir.
Lantas obat hipertensi apa yang bisa dikombinasikan? Pringgodigdo mencontohkan pertama, diuretics dengan obat-obat penghambat sistem renin-angiotensin atau diuretics dengan calsium antagonists. Kedua obat-obat dengan sisten angiotensin-renin dengan diuretics, atau dengan calsium antagonists. Ketiga beta-adrenergenic blocmers dengan dihydropyridine calsium antagonists
Sementara yang tidak dianjurkan adalah dua obat yang menghambat sistem renin-angiotensin. Kemudian diuretics dengan beta blockers. Ketiga beta blockers dengan calisum antagonists non dihydropyriine.
Namun untuk mencapai target penurunan tekanan darah, pasien juga harus mengkombinasikan gaya hidup sehat. "Mulai dari restriksi garam, mencapai berat badan ideal, diet, aktifitas fisik yang cukup dan stop rokok," tegas Pringgodigdo.