Bisnis.com, JAKARTA -- Virus covid-19 telah banyak menyebabkan kerugian kesehatan termasuk juga mengaburkan gejala penyakit lainnya. Salah satunya, kanker paru. Gejala yang paling umum adalah batuk tidak kunjung sembuh atau batuk kronis yang semakin parah.
Biasanya, batuk kronis tersebut akan menyebabkan nyeri pada bagian dada, punggung, atau bahu, mengalami sesak napas, berat badan menurun drastis hingga mengeluarkan darah. Sekilas gejalanya mirip dengan covid-19 sehingga penderita mengira dirinya terinfeksi covid-19.
Hal semacam ini bisa menyebabkan risiko terlambatnya pasien mendapatkan penanganan medis terkait kankernya.
Dokter Spesialis Paru RS Premier Jatinegara, Kasum Supriadi mengatakan bahwa untuk menentukan pasien menderita kanker paru perlu dilakukan diagnosa pasti, yaitu jika ada sel tumor yang bisa terdapat pada pada saluran pernapasan, parenkim paru, atau pada pembungkus paru.
Bedanya dengan gejala covid-19, lebih sering didahului dengan demam, gangguan saluran pernapasan, atau gangguan organ lainnya. Namun, diagnosa infeksi virus Sars Cov 2 harus melalui pemeriksaan tes swab PCR.
“Hasil dari test SWAB PCR ini yang digunakan untuk mendeteksi covid-19 sedangkan pemeriksaan kanker paru harus dilakukan pemeriksaan lanjutan,” tuturnya.
Kanker paru dapat dipicu oleh gaya hidup yang buruk, seperti mengonsumsi makanan junk food, kebiasaan merokok, dan berlebihan mengonsumsi alkohol serta berat badan berlebih. Selain itu, perubahan gen atau mutasi DNA terkait faktor keturunan juga patut diwaspadai.
Jika terdapat pasien kanker paru dalam keluarga, sebaiknya anggota keluarga lain melakukan pemeriksaan dini dan berkala agar diketahui gejala kanker sedini mungkin.
Ada serangkaian proses mendeteksi kanker paru, yakni anamnesa (wawancara pada pasien), pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan dahak dan biopsi jaringan paru, foto rontgen dada, CT scan paru dengan zat kontras, bronkoskopi atau endoskopi pada paru.
“Bila dari serangkaian proses pemeriksaan ditemukan bahwa pasien mengidap kanker paru maka dokter paru akan menentukan tindakan medis yang sesuai,” sebutnya.
Merujuk data Global Burden of Cancer Study (GLOBOCAN), tahun 2018, disebutkan sekitar 26.069 orang di Indonesia meninggal karena kanker paru setiap tahunnya, dengan 30.023 kasus baru. Angka ini tertinggi di Asia Tenggara dengan persentase angka kematian karena kanker paru di Indonesia mencapai 19,3 persen dibanding total kematian dari seluruh kanker lainnya.
Dr. Kasum menyebutkan, pasien kanker paru stadium 4 rata-rata dilaporkan meninggal dunia dalam jangka waktu kurang dari 6 bulan karena faktor infeksi. Karenanya, jika terdapat gejala yang mengarah ke kanker paru haruslah segera diobati. Pasien yang mengidap stadium 4 memiliki angka progresifitas (stadium lanjut) yang cepat.
Dia juga mengajak masyarakat ikut terlibat aktif menurunkan prevalensi kanker paru dengan meningkatkan literasi kesehatan soal kanker, khususnya kanker paru. Mulai dari mengetahui gejala walaupun tidak semua kanker menunjukkan gejala dini, tahapan penyembuhan, hingga cara kita memperlakukan pasien kanker demi membantu proses penyembuhannya.
“Memperlakukan pasien untuk membantu proses pengobatan tentunya akan melibatkan keluarga. Apa saja yang menjadi keluhan mereka adalah catatan penting untuk mengetahui kemajuan atau kemunduran kesehatan pasien,” terangnya.
Dr. Kasum menyarankan agar keluarga memastikan suplai oksigen pasien dengan cara memantau tanda vital pernapasan, tensi, suhu, nadi, dan saturasi oksigen. Jika terlihat perubahan yang menurun maka segera konsultasikan ke dokter agar dokter dapat menentukan apakah pasien perlu mendapat perawatan intensif di rumah sakit atau tidak.
Guna mendukung angka dari prevalensi kanker paru bisa turun, Health Claim Senior Manager Sequis, dr. Yosef Fransiscus menyarankan masyarakat agar mencari informasi medis dari sumber tepercaya, yakni dari dokter.
“Kita dapat meraih hari esok jika fisik dan finansial kita sehat. Untuk itu, sangat baik jika kita mulai melakukan gaya hidup sehat, yaitu memperbaiki asupan dengan yang bergizi dan rutin berolahraga. Perlu juga menyeimbangkan waktu antara bekerja dan beristirahat serta memiliki pola pikir yang positif dan terbuka,” ujarnya.
Dia menyarankan masyarakat melengkapi diri dengan asuransi kesehatan sebagai bagian dari perlindungan finansial agar tetap sehat sebab asuransi kesehatan berperan untuk mengganti biaya pengobatan yang nilainya sesuai perjanjian yang tercantum pada polis.
Biaya yang jumlahnya besar ini biasanya dibutuhkan tiba-tiba dan mendesak. Jika memiliki asuransi kesehatan, kita tidak perlu berutang, tidak perlu mencairkan deposito atau reksa dana. Demikian juga tabungan tetap terjaga dan aktivitas anggota keluarga pun tetap berjalan normal.
Walau kanker paru bisa ditanggung BPJS, sayangnya banyak terapi penunjang yang harganya mahal dan tidak termasuk tanggungan tersebut. Padahal, jika terlambat ditangani dari awal, biaya pengobatan kanker paru sangat tinggi demikian juga tingkat kematiannya.
Demi mendukung perlindungan finansial bagi masyarakat melalui asuransi kesehatan, Sequis menyediakan serangkaian produk asuransi kesehatan dengan beragam manfaat, seperti Sequis Q Infinite MedCare Rider dengan XBooster dan Sequis Q Health Platinum Plus Rider.