Bisnis.com, JAKARTA - Hampir satu tahun sejak diumumkannya kasus pertama Covid-19 di Indonesia, namun pandemi belum juga berakhir.
Tantangan sosial-ekonomi timbul untuk tiap elemen masyarakat, termasuk yang jarang mendapat perhatian, yakni anak dan remaja yang rentan terlantar.
Menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sebanyak 60 juta siswa tidak dapat belajar di sekolah. Cara ini sudah dirasa tepat untuk menghindari adanya penyebaran virus di area sekolah.
Namun, sayangnya tidak semua anak di negeri kita ini mempunyai sumber daya untuk mengakses pendidikan secara daring. Masih banyak anak yang memiliki keterbatasan, terutama mereka yang berisiko atau telah kehilangan pengasuhan orang tua.
Dalam kondisi sulit ini, anak dan remaja yang telah atau berisiko kehilangan pengasuhan orang tua merasakan dampak yang signifikan, seperti minimnya akses kesehatan dan ketiadaan fasilitas pembelajaran jarak jauh.
Anak dan remaja adalah korban yang tidak terlihat, mengingat adanya dampak panjang terhadap kesehatan, kesejahteraan, perkembangan, dan masa depan anak. Dampak tidak langsung ini salah satunya dirasakan saat pemerintah menghentikan sementara proses pembelajaran secara tatap muka sejak bulan Maret 2020.
Untuk itu PT Bank HSBC Indonesia (HSBC Indonesia) bekerja sama dengan SOS Children’s Villages dalam upaya melakukan pendampingan yang maksimal bagi anak dan remaja yang telah atau terancam kehilangan pengasuhan orang tua.
SOS Children’s Villages Indonesia mendirikan desa anak untuk 946 anak yang telah kehilangan pengasuhan di 8 lokasi di Indonesia. Selain itu, SOS juga memiliki program penguatan keluarga bagi keluarga rentan di 10 lokasi. Dari ribuan keluarga yang didampingi, SOS juga memastikan 6.333 anak yang berisiko kehilangan pengasuhan mendapatkan pemenuhan atas hak-hak mereka.
Sementara itu HSBC Indonesia berkontribusi mendukung pendampingan anak-anak SOS Children’s Villages melalui beberapa kanal, yaitu program kesehatan, dukungan infrastruktur pembelajaran, dan pelatihan keahlian bagi remaja.
Program ini akan berjalan selama satu tahun di 2021 dan diharapkan mampu memberikan pembekalan dan penguatan bagi anak dan remaja untuk menghadapi tantangan dan kebutuhan di masa pandemi, demi masa depan yang baik bagi mereka dan bangsa.
Presiden Direktur PT Bank HSBC Indonesia François De Maricourt mengatakan, sejak lama HSBC memberikan dukungan di bidang edukasi di seluruh dunia, terutama dalam membantu generasi muda yang kurang beruntung mengakses pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Saat ini, upaya kami bertitik berat pada pengembangan kemampuan kerja yang dibutuhkan di dunia modern.
"Dengan teknologi yang berkembang pesat, berbagai keterampilan kini dibutuhkan untuk berhasil di tempat kerja. Karenanya, program ini adalah bagian dari fokus penting dalam strategi keberlanjutan kami untuk membangun keterampilan masa depan bagi masyarakat di tempat kami berada, untuk membuka dunia yang penuh peluang.” ujarnya.
Lebih lanjut, Nuni Sutyoko, Head of Corporate Sustainability PT Bank HSBC Indonesia mengatakan, anak dan remaja rentan merupakan bagian tak terpisahkan dari masa depan. Dampak pandemi yang dialami memiliki tantangan lebih untuk keseharian mereka. Kemi berharap program pendampingan ini turut memastikan masa depan masyarakat Indonesia yang memiliki ketahanan kuat.”