Bisnis.com, JAKARTA - Istilah ghosting belakangan ramai diperbincangkan publik setelah mencuat polemik cinta Kaesang Pangarep.
Kaesang dituduh pihak keluarga mantan pacarnya Felicia Tissue melakukan ghosting, tak lama setelah kemunculan putra Presiden Joko Widodo itu dengan pacar barunya Nadya Arifta.
Melansir Healthline, Rabu (10/3/021), ghosting atau tiba-tiba menghilang dari kehidupan seseorang tanpa perlu menelepon, email, atau SMS, telah menjadi fenomena umum di dunia kencan modern, lingkungan sosial, dan profesional lainnya. Menurut hasil dari dua studi 2018, sekitar 25 persen orang telah menjadi ghosting, paling banyak terjadi dalam hubungan kencan online.
Menurut Psikolog Klinis Dewasa Nirmala Ika, ghosting bisa digunakan sebagai cara untuk menghindar perlahan-lahan. "Atau cara untuk menunjukkan ke pasangannya kalau kamu enggak salah, saya yang salah dalam relasi ini," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (10/3/2021).
Sejauh ini belum ada penelitian khusus terkait dengan dampak psikologis akibat ghosting, namun secara umum langkah ini bisa menyakiti orang yang mengalaminya karena dia dibuat berada dalam kondisi ketidakjelasan. Orang tersebut menjadi bertanya-tanya tentang kesalahan tanpa ada penjelasan.
"Merasa diabaikan dan di tolak, bisa campur aduk rasanya karena sulit untuk memahami apa yang terjadi dan juga tidak mendapatkan jawaban yang pasti," tutur Nirmala.
Penyebab gosting pun dikatakan bermacam-macam. Pastinya karena orang yang melakukannya merasa sudah tidak bisa melanjutkan hubungannya.
"Alasan yang sering diungkapkan karena sudah tidak bisa sejalan, tapi apa yang dimaksud dengan tidak bisa sejalan, apa penyebab tidak sejalan, bisa sangat beragam," jelas Nirmala.
Ada beberapa alasan orang melakukam ghosting. Antara lain, takut reaksinya jika putus, penghindaran konflik, kurangnya konsekuensi, dan cara untuk mencari kesejahteraan diri sendiri tanpa putus cinta atau berpisah.