Ilustrasi/Project-resource
Health

Ambyar! Mental Anak Muda Anjlok Selama Pandemi

Newswire
Senin, 15 Maret 2021 - 09:07
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Apa jadinya jika semangat untuk bergerak bebas dan cepat tiba-tiba harus dikekang sekuat mungkin? Pusing, frustrasi, pokoknya ambyar lah sudah segalanya.

Begitu kurang lebih yang dirasakan kebanyakan orang saat harus bertahan selama mungkin di dalam rumah demi menghindari infeksi virus Corona penyebab wabah Covid-19

Laporan Risiko Global 2021 (Global Risks Report 2021) yang diterbitkan World Economic Forum (WEF) bersama Zurich Insurance Group (Zurich) membuktikan hal itu. Kelompok anak muda menjadi bagian yang paling dalam terdampak kondisi tersebut.

Laporan Risiko Global 2021 menyebutkan sebanyak 80 persen anak muda di seluruh dunia mengalami penurunan kondisi kesehatan mental selama pandemi Covid-19.

Laporan yang menyoroti risiko dampak pandemi Covid-19 pada kesehatan mental generasi muda itu juga menemukan kekecewaan yang dirasakan anak muda (youth disillusionment) dan memburuknya kesehatan mental (mental health deterioration) sebagai risiko global yang paling terabaikan selama pandemi.

Dalam konteks Indonesia, data yang dihimpun layanan telemedicine Halodoc menunjukkan, konsultasi terkait kesehatan mental di platform tersebut meningkat hingga 300 persen selama pandemi.

Lonjakan drastis tersebut pun membuat layanan konsultasi kesehatan mental menjadi satu dari lima layanan konsultasi yang paling banyak digunakan pasien.

Menurut laporan, memburuknya kondisi kesehatan mental anak muda ini diakibatkan oleh prospek ekonomi dan pendidikan yang terbatas.

Melambatnya ekonomi selama masa pandemi mengakibatkan peningkatan jumlah pengangguran yang signifikan dan generasi muda yang baru memasuki dunia kerja terpukul keras oleh situasi ini.

Pelajar yang baru lulus dan mulai memasuki dunia kerja di tengah krisis ekonomi cenderung berpenghasilan lebih rendah dari rekan-rekan kerja mereka lainnya.

Bahkan, menganggur selama satu bulan pada usia 18-20 tahun diprediksi dapat menyebabkan hilangnya pendapatan sebesar 2 persen secara permanen di masa mendatang.

Bagi anak muda di kawasan terpencil, risiko pengangguran berpotensi bisa menjadi semakin serius dengan adanya kesenjangan digital selama pandemi.

Ketika anak muda di perkotaan lebih cepat beradaptasi dan berkembang di tengah digitalisasi, anak muda di pedesaan masih kesulitan mengimbangi minimnya akses dan infrastruktur digital.

Berdasarkan data UNICEF tahun 2020, setidaknya 30 persen pelajar di seluruh dunia kekurangan akses dan infrastruktur teknologi untuk berpartisipasi dalam pembelajaran daring.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada Agustus 2020 menyatakan, lebih dari 42.000 sekolah masih belum terakses internet.

Dalam jangka panjang, disparitas digital dapat semakin memperlebar ketimpangan sosial-ekonomi dan menciptakan kesenjangan yang signifikan dalam daya saing serta keterampilan sumber daya manusia.

"Tahun ini, kami menemukan pandemi telah menghadapkan generasi muda di seluruh dunia pada tantangan yang sangat besar, dan tanpa terkecuali generasi muda di Indonesia," ujar Direktur Utama Adira Insurance, bagian dari Zurich Group, Hassan Karim dalam siaran persnya, ditulis Senin (15/3/2021).

Menurut dia, kualitas hidup generasi muda merupakan hal yang sangat penting, mengingat merekalah yang akan memimpin negeri ini pada 20 hingga 30 tahun mendatang.

"Dengan Visi Generasi Emas Indonesia 2045, situasi ini menjadi kian menantang dan semakin penting untuk ditangani," kata Hassan.

Lebih lanjut Hassan mengatakan, investasi terhadap upaya penanganan kondisi kesehatan mental perlu dilakukan dan harus menjadi fokus dalam proses pemulihan pascapandemi.

Selain itu, generasi muda juga harus memiliki saluran tempat mereka dapat bersuara dan memberikan kontribusi dalam pemulihan global untuk masa depan mereka.

Terlepas dari hal tersebut, keberhasilan proses pemulihan ini terletak pada kolaborasi antara sektor publik dan swasta.

"Ini adalah masalah kompleks yang tidak bisa diselesaikan secara individual. Kami memahami anak muda Indonesia memiliki karakteristik yang unik. Maka, solusinya pun harus dirancang khusus untuk menjawab kebutuhan dan kekhawatiran mereka," tutur Hassan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro