Bisnis.com, JAKARTA - Orang dengan komorbid atau penyakit penyerta sejauh ini memiliki risiko tinggi tertular virus corona, tak terkecuali dengan varian baru yang ditemukan di sejumlah negara.
Dalam perkembangan terbaru, para peneliti menemukan bahwa wanita yang menderita sindrom ovarium polikistik (PCOS) yang merupakan kondisi hormonal, juga memiliki kemungkinan 50 persen lebih tinggi untuk tertular Covid-19.
Sindrom Ovarium Polikistik atau PCOS adalah kelainan hormonal yang umum terjadi pada wanita usia reproduksi. Dalam kondisi kesehatan ini, wanita mengembangkan kista di ovariumnya, bahkan dapat menyebabkan masalah kesuburan. Gejala PCOS antara lain penambahan berat badan, rambut rontok, menstruasi tidak teratur, hingga jerawat.
Melansir Times of India, Senin (22/3/2021), sesuai penelitian yang diterbitkan dalam European Journal of Endocrinology, wanita yang menderita PCOS memiliki kemungkinan lebih dari 50 persen untuk terinfeksi virus corona. Namun, ketika tim peneliti dari Institute of Metabolism and Systems Research University of Birmingham, Inggris menyesuaikan faktor kardiometabolik seperti diabetes tipe 2, penyakit hati berlemak non-alkohol, dan tekanan darah tinggi, tingkat infeksi menurun menjadi 26 persen.
Diketahui, PCOS disertai dengan masalah kesehatan lain seperti diabetes tipe 2, penyakit hati berlemak non-alkohol, dan tekanan darah tinggi, yang semuanya telah diidentifikasi sebagai faktor risiko Covid-19. Kondisi kesehatan metabolik ini dapat meningkatkan keparahan dan risiko infeksi.
Untuk mempelajari apakah PCOS dapat meningkatkan risiko Covid-19, tim peneliti dari Universitas Birmingham melakukan studi kelompok tertutup berbasis populasi selama gelombang pertama pandemi antara Januari dan Juli 2020. Studi tersebut melibatkan 21.292 wanita dengan PCOS dan 78.310 tanpa PCOS.
Pada akhir studi selama enam bulan, disimpulkan bahwa wanita dengan PCOS 51 persen lebih berisiko tertular Covid-19 dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki PCOS dengan usia dan latar belakang yang sama.
Para peneliti menegaskan bahwa studi mereka hanya mengevaluasi risiko tertular Covid masih sulit untuk mengatakan apakah kondisi tersebut mempengaruhi tingkat penularan atau tidak. Untuk mengetahui tingkat keparahan dan risiko komplikasi jangka panjang Covid-19, mereka sepakat diperlukan penelitian lebih lanjut.
Kendati demikian, berdasarkan temuan terbaru, para peneliti menekankan wanita dengan kondisi tersebut untuk selalu waspada risiko penularan dengan mematuhi protokol kesehatan dan wajib ikut dalam vaksinasi Covid-19.