Bisnis.com, JAKARTA - Banyak faktor yang menyebabkan pasangan mengalami gangguan kesuburan atau infertilitas, salah satu penyebab infertilitas yang cukup menjadi perhatian adalah infertilitas idiopatik (unexplained infertility).
Gita Pratama, Dokter Spesialis Kebidanan & Kandungan Konsultan Fertilitas, Endokrinologi & Reproduksi RS Pondok Indah - IVF Centre menjelaskan bahwa ketidaksuburan atau infertilitas didefinisikan sebagai kegagalan untuk mencapai kehamilan setelah satu tahun melakukan hubungan seksual teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
Kurang lebih 80 persen pasangan suami dan istri akan hamil dalam 12 bulan pertama berhubungan seksual tanpa kontrasepsi. Apabila pasangan suami istri tidak juga mendapat kehamilan setelah setahun, maka pasangan tersebut membutuhkan pelayanan medis lebih lanjut.
Ketika pasangan sudah melakukan pemeriksaan lengkap seperti pemeriksaan analisis semen, penilaian fungsi ovulasi, dan uji patensi tuba dinyatakan normal, tetapi tetap tidak bisa hamil maka bisa dikatakan pasangan tersebut mengalami infertilitas idiopatik.
“Infertilitas idiopatik terjadi pada sekitar 10 persen pasangan dengan gangguan kesuburan,” tuturnya.
Lantas apakah pasangan dengan infertilitas idiopatik dapat tetap hamil? Gita mengatakan walaupun penyebab infertilitas tidak dapat diketahui, bukan berarti pasangan dengan infertilitas idiopatik tidak dapat memiliki keturunan.
“Tingkat kehamilan secara spontan pada pasangan ini bahkan lebih tinggi daripada pasangan dengan penyebab infertilitas yang lainnya,” ujarnya.
Penelitian menunjukkan angka kehamilan secara spontan terjadi sebanyak 13-15 persen pada percobaan tahun pertama, dan meningkat menjadi 35 persen pada percobaan tahun berikutnya. Akan tetapi, angka kehamilan secara spontan terus menurun dengan durasi infertilitas lebih dari tiga tahun dan pada pasangan yang wanitanya berusia di atas 30 tahun.
Untuk bisa mencapai kehamilan pada pasangan yang mengalami infertilitas idiopatik, berikut beberapa cara yang dapat dilakukan.
1. Manajemen ekspektatif
Tingkat kehamilan spontan pada pasangan dengan infertilitas idiopatik cukup tinggi, karenanya melakukan hubungan teratur 1-2 hari sekali pada masa subur (10-17 hari setelah hari pertama haid terakhir) sangatlah penting untuk mendapatkan kehamilan. Manajemen ekspektatif terutama dapat dilakukan pada pasangan dengan usia wanita di bawah 35 tahun dan usia pernikahan di bawah 2 tahun.
2. Inseminasi intrauterine
Apabila kehamilan juga tidak didapatkan dengan manajemen ekspektatif saja, maka disarankan untuk melakukan inseminasi intrauterine yang dikombinasikan dengan pemberian obat-obatan penyubur seperti klomifen sitrat, letrozole, atau gonadotropin.
Inseminasi merupakan metode yang dilakukan dengan cara memasukkan sperma yang sudah ditingkatkan kualitasnya langsung ke dalam rongga rahim. Cara ini akan meningkatkan keberhasilan kehamilan dengan meniadakan faktor serviks dan antibodi antisperma yang sering dikaitkan sebagai penyebab infertilitas idiopatik.
3. Program bayi tabung
Program bayi tabung (in vitro fertilization) dapat menjadi salah satu solusi, apabila kehamilan tidak juga didapatkan setelah kegagalan dengan inseminasi intrauterine.
Program bayi tabung merupakan Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB) di mana pembuahan sel telur oleh sel sperma terjadi di luar tubuh wanita (in vitro), kemudian embrio hasil pembuahan ditempatkan kembali ke dalam rahim. Keberhasilan program bayi tabung pada pasangan yang mengalami infertilitas idiopatik mempunyai angka keberhasilan yang cukup tinggi yakni 30-40 persen.
“Seiring dengan teknologi yang semakin berkembang, selalu ada harapan untuk memiliki keturunan. Cek kondisi organ reproduksi Anda dan pasangan secara berkala, tetap berpikir positif, dan jalani program kehamilan dengan penuh kesabaran. Be patience, and sure you’ll be pregnant,” tutupnya.