Bisnis.com, JAKARTA- Vaksinasi adalah pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) sistem imun di dalam tubuh. Dengan prosedur vaksinasi yang benar diharapkan akan diperoleh kekebalan yang optimal, penyuntikan yang aman dan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang minimal. Namun, apakah ada kemungkinan antibodi tidak terbentuk setelah vaksin?
Dokter Adaninggar menjelaskan melalui unggahan di instagram pribadinya bahwa sistem imun manusia itu sangat kompleks sehingga kekebalan tidak hanya ditentukan oleh antibodi, banyak faktor dan sel imun lain yang juga berperan tetapi tidak semua bisa diperiksa.
dr Ning juga mengatakan jika memang benar antibodi tidak terbentuk ini berarti masuk di golongan non responder terhadap vaksin tertentu.
Menurutnya, uji klinis di Bandung juga menunjukkan sekitar 0.7% relawan tidak terbentuk antibodi setelah divaksin. Ini hal yang biasa terjadi pada pemberian vaksin.
"Pada orang-orang ini boleh divaksin ulang nantinya tapi menggunakan merk yang berbeda," tambahnya.
Menurutnya, kegagalan vaksinasi dibagi menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Pada kegagalan primer, sejak awal suntikan dan booster tidak terbentuk antibodi yang optimal sedangkan pada jenis sekunder terjadi pembentukan antibodi tetapi tidak bisa melindungi secara adekuat dari infeksi alami.
“Semakin lama periode sejak vaksinasi ke booster infeksi alami atau vaksin, kegagalan vaksin sekunder lebih mungkin terjadi,” tulisnya dikutip Bisnis, (6/4).
Ada dua faktor yang menyebabkan kegagalan tersebut yaitu faktor vaksin dan faktor sistem imun. Pada faktor vaksin ada beberapa yang menjadi penyebab di antaranya antigen yang dipakai, faktor teknis penyuntikan, interval atau dosis tertentu. Sedangkan ada genetik, umur, penyakit komorbid imunodefisiensi, penggunaan obat imunosupresan, status nutrisi dan sebagainya pada faktor sistem imun.
Dokter Ning juga menegaskan bahwa kurangnya respon imun terhadap vaksin bukan berarti tidak terbentuk kekebalan dalam tubuh namun lebih banyak terkait dengan sistem imun humoral yaitu antibodi.
“Hingga sekarang belum ada batasan berapa titer antibodi dikaitkan dengan kemampuan menetralisir virus. Apapun hasilnya, berapapun titer antibodinya, tidak dapat menunjukkan pasti kemampuan proteksi vaksin. Dengan kata lain, efektivitas vaksin tidak ditentukan oleh titer antibodi,” tulis Dokter Ning.
Adanya antibodi hanya menunjukkan bahwa tubuh manusia sudah pernah “berkenalan dan berespon” terhadap virus spesifik baik melalui infeksi alami atau vaksin. Kadar antibodi tidak dapat menunjukkan secara pasti kekebalan yang terbentuk, kemampuan menetralisir virus, durasi antibodi atau kekebalan bertahan, dan efektivitas vaksin.
“Tetaplah lakukan protokol kesehatan secara konsisten meskipun sudah divaksin selama belum terbentuk herd immunity. Prinsipnya, selama herd immunity masih belum terbentuk, virus masih banyak beredar di sekitar kita, semua orang masih bisa terinfeksi meskipun sudah divaksin” imbaunya.