Bisnis.com, JAKARTA - Stunting atau hambatan pertumbuhan pada anak merupakan masalah yang menjadi perhatian pemerintah selama beberapa tahun terakhir. Hal ini menjadi kekhawatiran mengingat Indonesia memiliki rencana dalam mengupayakan peningkatan dan pembangunan sumber daya manusia yang kuat dan cerdas.
Salah satu upaya pemerintah adalah dengan mendorong perbaikan gizi keluarga melalui peningkatan konsumsi produk protein hewani yang didasari atas beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa konsumsi produk pangan hewani di Indonesia masih sangat rendah. Padahal menurut ahli gizi Sandra Fikawati, konsumsi protein hewani dapat meningkatkan kognitif dan kesehatan pada anak-anak.
Dampak positif ini yang mendorong target 1000 Hari Pertama Kehidupan bagi anak, sebab masa-masa itulah yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak dalam jangka panjang sehingga perlu untuk memberikan pangan protein hewani bagi anak.
Ketua PKGK FKM UI Ahmad Syafiq menyarankan adanya frekuensi makan minimal, baik makan utama maupun makan selingan, bagi anak-anak berdasarkan usia per harinya.
"Dua kali untuk bayi 6-8 bulan yang masih disusui, tiga kali untuk anak usia 9-23 bulan, dan empat kali untuk anak usia 6-23 bulan yang tidak mendapatkan ASI," kata Ahmad berdasarkan rilis resmi yang diterima Bisnis, Kamis (22/04/2021).
Ia juga menyarankan agar anak-anak perlu mendapatkan keragaman pangan dengan minimal konsumsi empat dari tujuh kelompok pangan, yaitu padi-padian, akar, dan umbi, buah dan sayur, daging merah, ikan, dan unggas, legum, kacang-kacangan dan biji-bijian, telur, serta susu dan olahannya.
Ini kemudian diperkuat dengan penjelasan Ketua Umum Pergizi dan Pangan Indonesia yang menjelaskan perlunya keragaman konsumsi pangan hewani untuk mencegah gangguan pertumbuhan pada anak atau stunting bahkan mampu menurunkan risikonya hingga 40%.