Bisnis.com, JAKARTA - Lupus adalah penyakit autoimun yang disebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat seseorang. Sekitar 90 persen penyandang Lupus adalah perempuan dengan usia 15-45 tahun. Hingga saat ini, belum ada obat serta belum diketahui penyebabnya.
Gejala bervariasi pada setiap orang mulai dari gejala ringan hingga berat diorgan yang berbeda-beda pula Penyakit sifatnya kronis
Ninggar, dokter spesialis penyakit dalam sekaligus edukator, mengatakan penyakit Lupus ini kambuh-kambuhan.
Baca Juga Mengenal Lupus, Penyakit Seribu Wajah |
---|
"Autoimun sulit didiagnosa. Ribuan orang mungkin tidak terdiagnosa dan tidak mendapatkan pengobatan yang tepat," tulis Ning pada instargram resminya (@ningzppd).
Ning mengungkapkan penyebab lupus tidak jelas dan multifaktor seperti genetik, hormon, infeksi, sinar matahari, merokok, stres dan lainnya.
Autoimun ialah sistem imun gagal mengenali sel tubuh sendiri, bahkan dianggap musuh. Lalu sel tubuh dirusak oleh sistem imun sendiri.
Meskipun demikian, Odapus atau Orang dengan lupus harus mendapatkan akses serta fasilitas pengobatan yang baik.
Secara umum, seorang penderita lupus memang lebih rentan terhadap infeksi apapun. Itu karena kondisi sistem imun yang tidak normal dan penggunaan obat-obatan yang bisa menekan respon imun terhadap infeksi.
Pada kondisi lupus yang terkontrol, risiko terinfeksi sama dengan populasi umum tergantung faktor virus. Seperti jumlah virus, varian virus dan faktor lingkungan seperti ventilasi, durasi, dan lain-lain.
Secara teori, lupus adalah penyakit autoimun yang bila terinfeksi virus bisa memicu terjadinya respon imun yang berlebihan karena pada lupus sendiri dasarnya sudah terjadi proses keradangan kronik.
Dari bukti-bukti penelitian, risiko penderita lupus mengalami gejala berat covid-19 hingga dirawat di RS. Itu sama dengan risiko populasi umum terutama bila kondisi lupus stabil dan terkontrol dengan obat obatan tertentu.
Risiko terjadinya lupus flare saat terinfeksi Covid-19 meningkat bila pengobatan rutin lupus dihentikan tiba-tiba, terutama pada penderita dengan kondisi komorbid dan lansia. Jadi jangan hentikan pengobatan rutin lupus, pertimbangkan risiko infeksi dan komorbid.
Beberapa laporan kasus menunjukkan terjadinya lupus onset baru atau flare dari lupus yang dipicu oleh infeksi Covid-19. Hal itu terjadu pada orang yang secara genetik rentan terbentuk autoantibodi dan manifestasi pada organ-organ tertentu.
Ning mengatakan, pada penderita lupus yang penyakit lupusnya stabil atau remisi atau dalam keadaan aktivitas penyakit rendah boleh mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Definisi stabil atau remisi tergantung kondisi lupus dari masing-masing penderita dan hanya bisa dinilai oleh dokter ahli yang merawat. Demikian pula terkait obat-obatan yang mungkin membutuhkan pengaturan terkait vaksinasi, itu harus konsultasi ke dokter ahli.
Penderita lupus adalah populasi yang rentan terinfeksi. Berikut usaha-usaha pencegahan ketat yang bisa dilakukan oleh Odapus :
- Selalu menggunakan masker dengan benar, cuci tangan, jaga jarak saat berinteraksi dengan orang lain.
- Hindari kerumunan, batasi mobilisasi jika tidak ada hal penting, lebih baik di rumah saja.
- Pola hidup sehat. Makan makanan bergizi, cukup tidur, olahraga teratur, manajemen stress yang baik, hindari pencetus flare seperti sinar matahari, vaksinasi Covid-19.
- Kontrol dan minum obat rutin untuk lupusnya
- Bila mengalami gejala-gejala yang dicurigai Covid-19 segera konsultasi ke dokter.
"Penderita lupus harus menjaga kesehatannya secara ekstra dalam kondisi pandemi karena merupakan populasi yang rentan, " tutup Ning.