Bisnis.com, JAKARTA — Baru-baru ini, penelitian skala besar di Chile menunjukkan kabar baik mengenai efektivitas vaksin Sinovac.
Bahkan vaksin tersebut dinyatakan dapat mencegah yang bergejala hingga meninggal dunia akibat Covid-19.
Dokter Umum, dr. Adam Prabata melalui instagram pribadinya memaparkan hasil studi dari kurang lebih 10,2 juta orang terlibat dalam penelitian efektivitas vaksin Sinovac yang diselenggarakan di Chile.
"Vaksin Sinovac telah terbukti efektivitasnya dalam studi skala besar untuk mencegah Covid-19 bergejala, rawat inap karena Covid-19, masuk ICU karena Covid-19, dan kematian akibat Covid-19," @adamprabata.
Lebih rinci, Adam menyebutkan vaksin Sinovas memiliki 65,9 persen efektivitas untuk mencegah Covid-19 bergejala.
Kemudian 87,5 persen efektivitas mencegah rawat inap karena Covid-19, sebanyak 90,3 persen efektivitas mencegah masuk ICU karena Covid-19 dan 86,3 persen mencegah kematian.
Baca Juga https://lifestyle.bisnis.com/read/20210708/106/1415334/who-semua-vaksin-yang-terdaftar-uea-melindung |
---|
Namun, hingga saat ini belum ada data penelitian mengenai kemampuan vaksin Sinovac untuk mencegah terinfeksi dan menularkan Covid-19.
Vaksin itu sendiri merupakan vaksin Covid-19 yang utama digunakan di Indonesia untuk saat ini. Vaksin Sinovac bahkan sudah disuntikkan ke banyak orang, terutama tenaga kesehatan, lansia, dan petugas publik.
Tentunya kabar ini menjadi hal yang menggembirakan bagi banyak orang.
Baca Juga Ketua Uji Klinis Vaksin Sinovac Meninggal Dunia, Ridwan Kamil: Novilia Sjafri Pahlawan Kita |
---|
"Silakan share postingan ini kepada teman atau keluarga kalian yang mendapatkan vaksin Sinovac yaa! Semoga bisa menjadi penyemangat bagi mereka,"@adamprabata.
Sementara itu, dilansir dari Bloomberg, meski menunjukkan efektivitas yang menggembirakan, disebutkan jika Vaksin Sinovac Biotech Ltd. kurang manjur daripada vaksin Pfizer Inc. untuk menghentikan Covid-19.
Hal itu berdasarkan penelitian di Chili di mana kedua suntikan itu digunakan secara bersamaan. Penelitian ini merupakan analisis dunia nyata pertama yang membandingkan inokulasi buatan China dengan mRNA.
Para peneliti menemukan CoronaVac 66% efektif dalam mencegah Covid-19 di antara orang dewasa yang divaksinasi lengkap, sedangkan vaksin Pfizer efektif 93%.
Inokulasi yang tidak aktif, yang diberikan kepada lebih dari 10 juta orang Chili, sedikit kurang efektif dalam mencegah rawat inap dan kematian daripada vaksin mRNA, yang diberikan kepada kurang dari setengah juta orang, menurut penelitian yang diterbitkan Rabu di New England Journal of Medicine.
Penelitian dilakukan dari Februari hingga Mei, ketika galur alfa dan gamma virus adalah varian yang paling mengkhawatirkan yang paling sering terdeteksi di Chili. Data awal yang dirilis pada bulan April menemukan bahwa CoronaVac 67% efektif dalam mencegah infeksi Covid-19 yang bergejala dan menangkal 80% kematian akibat penyakit tersebut.
Hasil akhir menunjukkan CoronaVac, andalan strategi vaksinasi Chili, memberikan perlindungan yang efektif terhadap Covid-19, termasuk penyakit parah, konsisten dengan hasil uji coba tahap menengah, kata para penulis.
Pada 10 Mei, Kementerian Kesehatan Chili telah memberikan hampir 14 juta dosis CoronaVac, termasuk cukup untuk mengimunisasi 6,36 juta orang secara penuh. Sebagai perbandingan, 2,4 juta dosis vaksin Pfizer-BioNTech telah diberikan. Individu berusia 16 tahun atau lebih memenuhi syarat untuk diimunisasi, sesuai dengan jadwal vaksinasi nasional.
Studi ini didanai oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Nasional Chili.