Sri Lankan saat pembatasan sosial selama pandemi Covid-19/Bloomberg
Health

Epidemiolog: Pandemi Covid Tidak akan Berakhir dalam Waktu Dekat

Ni Luh Anggela
Senin, 9 Agustus 2021 - 12:17
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Epidemiolog WHO mengatakan pandemi tidak akan segera berakhir, mengingat baru sebagian kecil dari populasi yang telah divaksinasi terhadap Covid-19.

Dr Larry Brilliant, seorang ahli epidemiologi yang merupakan bagian dari tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang membantu memberantas cacar mengatakan itu dalam sebuah pernyataan.
 
Brilliant mengatakan, kabar baiknya adalah bahwa vaksin, terutama yang menggunakan teknologi messenger RNA dan yang dibuat oleh Johnson & Johnson, bertahan melawan varian delta, melansir CNBC, Senin (9/8/2021).
 
Namun, hanya 15 persen dari populasi dunia yang telah divaksinasi dan lebih dari 100 negara telah menginokulasi kurang dari 5 persen penduduk mereka, kata Brilliant.
 
“Saya pikir kita lebih dekat ke awal daripada akhir (pandemic), dan itu bukan karena varian yang kita lihat sekarang akan bertahan selama itu,” kata Brilliant, yang sekarang merupakan pendiri dan CEO konsultan respons pandemi, Pandefense Advisory.
 
“Kecuali kita memvaksinasi semua orang di 200 lebih negara, masih akan ada varian baru,” katanya, memprediksi bahwa virus corona pada akhirnya akan menjadi “virus selamanya” seperti influenza.
 
Brilliant mengatakan modelnya tentang wabah Covid di San Francisco dan New York memprediksi "kurva epidemi bentuk-V terbalik." Itu menyiratkan bahwa infeksi meningkat sangat cepat, tetapi juga akan menurun dengan cepat, jelasnya.
 
Jika prediksi itu ternyata benar, berarti varian delta menyebar begitu cepat sehingga "pada dasarnya kehabisan kandidat" untuk menginfeksi, jelas Brilliant.
 
Tampaknya ada pola serupa di Inggris dan India, di mana penyebaran varian delta telah surut dari tertinggi baru-baru ini.
 
Kasus yang dilaporkan setiap hari di Inggris, berdasarkan rata-rata pergerakan tujuh hari, turun dari puncak sekitar 47.700 kasus pada 21 Juli menjadi sekitar 26.000 kasus pada hari Kamis (5/8), menurut statistik yang dikumpulkan oleh database online Our World in Data.
 
Di India, rata-rata pergerakan tujuh hari dari kasus yang dilaporkan setiap hari tetap di bawah 50.000 sejak akhir Juni – jauh di bawah puncak lebih dari 390.000 sehari di bulan Mei, data menunjukkan.
 
Ahli epidemiologi itu mengatakan ada kemungkinan kecil bahwa "varian super" dapat muncul dan vaksin tidak bekerja melawannya. Meskipun sulit untuk memprediksi hal-hal ini, tambahnya, ini adalah probabilitas yang bukan tidak mungkin, yang berarti tidak dapat dikesampingkan.
 
“Ini adalah peristiwa bencana jika itu terjadi, kita harus melakukan segala kemungkinan untuk mencegahnya,” kata Brilliant. “Dan itu berarti membuat semua orang divaksinasi tidak hanya di lingkungan Anda, tidak hanya di keluarga Anda, tidak hanya di negara Anda tetapi di seluruh dunia.”
 
Beberapa negara dengan tingkat vaksinasi yang relatif tinggi seperti AS dan Israel sedang merencanakan suntikan booster untuk warga mereka.
 
WHO telah meminta negara-negara kaya untuk menunda booster vaksin Covid untuk memberi negara-negara berpenghasilan rendah kesempatan untuk memvaksinasi penduduk mereka.
 
Tetapi selain meningkatkan vaksinasi di negara-negara dengan tingkat inokulasi rendah, Brilliant mengatakan satu kelompok orang membutuhkan suntikan booster "segera"  mereka yang berusia 65 tahun ke atas, dan telah divaksinasi lengkap lebih dari enam bulan lalu tetapi memiliki daya tahan tubuh yang lemah.
 
“Kategori orang inilah yang kami lihat membuat banyak mutasi ketika virus melewati tubuh mereka,” kata Brilliant.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro