Bisnis.com, JAKARTA – Long Covid berkaitan dengan serangkaian gejala yang dapat bertahan selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah infeksi Covid-19 berakhir.
Namun, penelitian baru telah menemukan bahwa pasien dengan Long Covid memiliki ukuran pembekuan darah yang tinggi yang mereka yakini mungkin menjadi alasan utama dibalik gejala yang bertahan lama.
Para peneliti dari RCSI University of Medicine and Health Sciences memeriksa 50 pasien yang menderita Long Covid dalam upaya untuk lebih memahami apakah pembekuan darah abnormal dapat dikaitkan dengan sindrom tersebut.
Tim sebelumnya telah mempelajari prevalensi pembekuan darah pada pasien dengan Covid-19 akut yang parah, tetapi belum menyelidiki terjadinya pembekuan tersebut pada pasien dengan gejala persisten.
Dalam studi terbaru mereka, tim menemukan bahwa penanda pembekuan meningkat secara signifikan dalam darah pasien dengan sindrom Long Covid dibandingkan dengan kontrol kesehatan. Penanda pembekuan ini lebih tinggi pada pasien yang memerlukan rawat inap dengan infeksi Covid-19.
Namun, mereka yang melakukan isolasi mandiri di rumah juga menunjukkan tingkat penanda pembekuan yang lebih tinggi.
Selanjutnya, para peneliti mengamati bahwa pembekuan yang lebih tinggi secara langsung terkait dengan gejala lain dari sindrom Long Covid, seperti penurunan kebugaran fisik dan kelelahan.
Mereka mengamati bahwa ketika penanda peradangan telah kembali ke tingkat normal, peningkatan pembekuan ini masih ada pada pasien Long Covid.
"Karena penanda pembekuan meningkat sementara penanda peradangan telah kembali normal, penelitian kami menunjukkan bahwa sistem pembekuan mungkin terlibat dalam akar penyebab sindrom Long Covid,” kata Dokter Fogarty penulis utama dalam studi tersebut, dilansir dari Express pada Rabu (18/8/2021).
Baca Juga 4 Tips Sederhana untuk Hidup Lebih Sehat |
---|
Selanjutnya, Direktur Pusat Biologi Vaskular Irlandia Profesor James O'Donnell menambahkan bahwa memahami akar penyebab suatu penyakit adalah langkah pertama menuju pengembangan perawatan yang efektif.
“Jutaan orang sudah berurusan dengan gejala sindrom Long Covid, dan lebih banyak orang akan mengembangkan Long Covid karena infeksi di antara yang tidak divaksinasi terus terjadi,” katanya.
Gejala sindrom yang paling umum dari Long Covid adalah kelelahan, malaise pasca aktivitas, kesehatan yang memburuk setelah aktivitas fisik, dan kabut otak.
Adapun efek lain dari gejala Long Covid-19 seperti halusinasi visual, tremor, kulit gatal, perubahan siklus menstruasi, disfungsi seksual, jantung berdebar, masalah kontrol kandung kemih, herpes zoster, kehilangan memori, penglihatan kabur, diare, dan tinnitus.
Dinas Kesehatan Nasional (NHS) telah menerbitkan daftar 14 gejala bagi mereka yang mengalami Long Covid, di antaranya:
- Kelelahan yang luar biasa
- Sesak napas
- Nyeri dada atau sesak
- Masalah dengan memori dan konsentrasi
- Sulit tidur
- Palpitasi jantung
- Pusing
- Nyeri sendi
- Tinitus, sakit telinga
- Merasa sakit, diare, sakit perut, kehilangan nafsu makan
- Depresi dan kecemasan
- Suhu tinggi, batuk, sakit kepala, sakit tenggorokan, perubahan indra penciuman atau rasa
- Ruam