Ilustrasi vaksin Covid-19./Antara
Health

Beda Kadar Antibodi Vaksin Pfizer, Sinovac, Astrazeneca, dan Moderna serta Penyebabnya

Ni Luh Anggela
Senin, 23 Agustus 2021 - 14:36
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Ketika vaksin disuntikkan, tubuh merespon setiap protein dari vaksin, untuk membentuk antibodi. Lalu, muncul pertanyaan: mengapa kadar antibodi setiap vaksin Covid berbeda-beda? Mengapa ada yang terlihat tinggi dan ada yang lebih rendah?
 
Tonang Dwi Ardyanto, Pengurus Pusat Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), sekaligus ahli patologi klinis melalui laman Facebooknya, Senin (23/8/2021), mengibaratkan virus Covid sebagai buah rambutan yang mana terdiri dari rambut, kulit, buah dan bijinya.

Sinovac memicu antibodi untuk rambut, kulit buah hingga bijinya; AstraZeneca memicu rambut utuh, serta; Pfizer/Moderna hanya ujung rambutnya saja.
 
1. Sinovac

Pada vaksin Sinovac, isi seluruhnya adalah virus atau berisi ‘rambutan utuh’ namun sudah disiram cairan khusus sehingga virus ini sudah tidak aktif lagi. Sinovac memicu antibodi yang terbentuk untuk semua bagian rambutan. Karena sudah dibuat mati, maka reaksinya saat divaksinasi relatif ringan.
 
“Kadar antibodinya relatif rendah, karena tubuh harus bekerja keras mengolah banyak antibodi,” kata Tonang.
 
2. AstraZeneca

Vaksin AstraZeneca, ibaratnya memasukkan resep pembuatan rambut utuh di bagian terluar rambutan. Tubuh mengolah resep tersebut menjadi rambut utuh seperti pada buah sesungguhnya.
 
“Direspon sebagai benda asing, kemudian membentuk antibodi khusus rambut. Karena seperti rambut asli, reaksi vaksinasi juga lebih kuat. Antibodi yang terbentuk lebih tinggi, karena tubuh fokus pada rambut itu saja. Tidak harus mengolah antibodi untuk kulit, buah dan bijinya,” jelas Tonang.
 
‘Rambut utuh’ di sini merupakan protein S, target protein virus dari vaksin AstraZeneca.
 
3. Pfizer dan Moderna

Pfizer dan Moderna diibaratkan memasukkan resep pembuatan ‘ujung rambut’-nya saja. Tubuh mengolah resep tersebut menjadi ujung rambut seperti aslinya. Direspon sebagai benda asing kemudian membentuk antibodi khusus ujung rambut. Ujung rambut di sini merupakan S-RBD, target protein lebih kecil dari  vaksin Pfizer dan Moderna.
 
“Karena seperti ujung rambut asli, maka reaksinya juga lebih kuat lagi. Antibodi yang terbentuk juga tinggi, karena fokus ke ujung rambut saja,” jelas Tonang.
 
Ketika diperiksa di laboratorium, yang diukur saat ini hanya antibodi ujung rambutnya saja. Maka dari itu, hasil vaksin Pfizer dan Moderna lebih tinggi jika dibandingkan dengan dua vaksin lainnya.
 
Tonang juga menambahkan, apabila yang diukur adalah antibodi pada bagian rambut secara utuh, maka vaksin AstraZeneca juga berpotensi tinggi. Dan, bila semua bagian diukur antibodinya, maka vaksin Sinovac juga berpotensi tinggi secara kumulatif.
 
“Mengapa yang diukur hanya ujung rambut saja? Karena itu yang pertama kali tersentuh oleh kulit kita. Harapannya, kalau sudah ada antibodi ujung rambut, sudah cukup mencegah reaksi ketika menyentuh rambutan,” katanya.
 
Tapi tentu saja, secara alamiah, semua bagian rambutan tadi tetap memiliki efeknya. Artinya, antibodi terhadap seluruh bagian rambutan juga memiliki perannya. Hanya saja, Tonang mengatakan, sejauh ini disepakati bahwa ujung rambut yang pertama kali bereaksi sehingga menjadi pemicu awal.
 
“Bukan berarti vaksin mana lebih baik. Semua vaksin yang kita dapatkan saat ini untuk Covid, sama baiknya. Penjelasan ini untuk mengurangi kegelisahan dan keraguan hendak divaksinasi,” tutupnya.

Penulis : Ni Luh Anggela
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro